Catatan Petualangan Orang-Orang Indonesia ke Jepang pada 1930-an, Ada yang Kritis sampai Kagum Berat pada 'Negeri Sakura'

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Rabu, 22 Januari 2025
Catatan Petualangan Orang-Orang Indonesia ke Jepang pada 1930-an, Ada yang Kritis sampai Kagum Berat pada 'Negeri Sakura'

Potongan berita pemimpin orang Indonesia di Jepang pada 1943. (Foto: Repro buku Jagung Berbunga di Antara Bedil & Sakura)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Halo, Guys! Siapa punya impian pergi ke Jepang, entah itu sekadar jalan-jalan atau buat cari sekolah baru?

Oya, pada 2024 lalu, Jepang itu jadi daerah tujuan favorit orang Indonesia. Survei menunjukkan 33 persen orang Indonesia tertarik berwisata ke Jepang.

Tertinggi di antara negara lainnya. Alasannya, tempatnya menarik.

Enggak sekadar daerah tujuan wisata, ternyata Jepang juga jadi salah satu negara favorit buat melanjutkan pendidikan.

Jumlah mahasiswa Indonesia di Jepang lumayan banyak, hampir 5.000 pada 2022. Jumlah terbanyak keempat setelah Australia, Malaysia, dan Amerika Serikat.

Ini berarti Jepang masih punya daya tarik yang kuat bagi orang Indonesia.

Jauh sebelum ini, Jepang ternyata sudah sukses bikin orang Indonesia kesengsem. Ini terjadi pada 1930-an, ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda dan dijajah Belanda.

Masa 1930-an, beberapa orang Indonesia, termasuk Mohammad Hatta atau yang karib dipanggil Bung Hatta, berkesempatan pergi ke Jepang dan melihat langsung kemajuan negeri tersebut.

Waktu itu orang Indonesia yang keluar negeri belum sebanyak sekarang. Jadi, mereka termasuk beruntung banget!

Penasaran enggak bagaimana petualangan mereka di Jepang dan kesannya selama mengunjungi 'Negeri Sakura'?

Kita mulai ceritanya dari Bung Hatta.

Baca juga:

Orang-Orang Jepang sebelum Menjajah Indonesia, Dari Jadi Tentara Bayaran VOC sampai Pedagang Klontong

Bung Hatta ke Jepang, Disebut Gandhi dari Jawa

Suatu hari di pengujung Februari 1933, Bung Hatta diajak pamannya yang biasa dipanggil Mak Etek Ayub Rais buat pergi ke Jepang.

Paman Bung Hatta yang punya firma Djohan Djohor ada urusan bisnis dengan pebisnis Jepang.

Melihat latar belakang Bung Hatta sebagai sebagai lulusan Sekolah Tinggi Dagang Rotterdam, Belanda, pamannya yakin keponakannya itu bakal banyak membantu urusan bisnisnya di Jepang selama dua bulan.

Namun, Bung Hatta enggak langsung mengiyakan ajakan pamannya.

"Aku berpikir-pikir apa yang akan ku perbuat," kenang Bung Hatta dalam otobiografinya, Memoir.

Bung Hatta tahun 1955
Bung Hatta mengunjungi Jepang pada 1933 dan mengkritik ambisi pan-Asia Jepang. (Foto: Nationaal Archief NL)

Waktu itu Bung Hatta lagi sibuk-sibuknya mengurus Pendidikan Nasional Indonesia (PNI), organisasi pergerakan nasional yang percaya pada cita-cita Indonesia merdeka melalui pendidikan politik dan pemberdayaan rakyat.

Sayangnya, PNI berbeda pendapat dengan Partindo, sesama organisasi pergerakan, tentang taktik dan strategi mencapai kemerdekaan. Makanya Bung Hatta mau membereskan masalah ini lebih dulu.

Bung Hatta juga bertanya kepada teman-temannya sesama pengurus PNI tentang rencana kepergiannya ke Jepang. Jawabannya ternyata positif.

"Mereka tidak berkeberatan aku ikut pergi ke Jepang. Malahan menurut pendapat mereka, ada baiknya aku pergi dan memperhatikan gerakan baru di Jepang dari dekat," kata Bung Hatta.

Bung Hatta akhirnya bersedia ikut pamannya pergi ke Jepang.

Bagi Bung Hatta, kesempatan ke Jepang ini bakal bermanfaat banget buat belajar banyak hal.

Mengapa saat itu belajar dari Jepang jadi penting, ya?

Waktu itu, pemerintah kolonial di bawah Gubernur Jenderal de Jonge mulai bersikap keras (reaksioner) pada organisasi pergerakan nasional dengan membatasi gerak para tokohnya. Pers juga dibatasi.

Sukarno, salah satu tokoh terpandang di antara kaum pergerakan nasional, bahkan ditangkap pada 29 Desember 1929.

Sebagai respons terhadap sikap keras pemerintah kolonial, ada tokoh pergerakan nasional yang minta kaum pergerakan bersikap lebih kompromi dengan pemerintah kolonial.

Namun, Bung Hatta tetap percaya skap nonkooperasi atau enggak bekerja sama dengan pemerintah kolonial sebagai jalan terbaik.

Saat bersamaan pula, Jepang mulai menarik banyak perhatian orang Indonesia. Restorasi Meiji (1868) mendorong Jepang menjadi negara industri, lalu memenangi perang dengan China pada 1894-1895, dan Rusia pada 1905.

Berkat kemajuan industri dan dua kemenangan itu, Jepang menjadi bangsa dan negara Asia yang diperhitungkan. Orang Indonesia sebagai sesama Asia ikut tergugah mengetahui capaian Jepang.

"Kemenangan Jepang dalam perang Rusia-Jepang (1904-1905) merupakan pendorong yang sangat menentukan bagi kebangkitan dan kesadaran nasional rakyat Asia yang telah menelan inferioritas kompleks terhadap ras-putih," cerita Ahmad Soebardjo, salah satu perumus naskah Proklamasi, dalam otobiografinya Kesadaran Nasional.

Gagasan ekspansi ke selatan (nanshin-ron) secara damai juga ikut berpengaruh dalam pembentukan citra terhadap Jepang. Gagasan ini telah mendorong orang Jepang datang ke Indonesia akhir abad ke-19.

Sejak itulah orang Jepang mulai berkontak secara intens dengan orang Indonesia. Mereka datang sebagai perempuan pekerja, pedagang keliling, dan pemilik toko yang menanamkan kesan kuat pada orang Indonesia.

"Gambaran pengusaha toko Jepang, yang berdagang barang-barang buatan Jepang di berbagai daerah sebagai pedagang, yang 'ramah dan tak pernah lepas senyum' turut memperkuat perasaan simpati terhadap Jepang oleh masyarakat Indonesia," kata Ken'ichi Goto, sejarawan Jepang, dalam bukunya Jepang dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia.

Baca juga:

Sejarah Awal Mula Ambisi Jepang di Asia, Perluasan Wilayah ke Selatan yang Bikin Sengsara Indonesia

Bung Hatta Tetap Kritis Meskipun Diundang Pembesar Jepang

Nah, selama di Jepang (Maret-April 1933), Bung Hatta berkesempatan belajar hal baru. Dari etos bangsa Jepang, rahasia kemajuan industrinya, sampai tata pergaulan sehari-hari.

Waktu turun dari kapal laut Johar Maru yang membawanya ke Jepang, Bung Hatta langsung disambut wartawan Jepang. Ini berarti sepak-terjang Bung Hatta cukup diperhatikan oleh orang Jepang.

Bung Hatta disebut sebagai Gandhi dari Jawa. Gandhi di sini maksudnya Mahatma Gandhi, pemimpin perlawanan India terhadap Inggris dengan jalan damai dan non-kooperasi. Taktik ini mirip dengan yang dijalani Bung Hatta.

Makanya Bung Hatta diibaratkan Gandhi dari Jawa.

Kapal Jepang Nitta Maru 1940
Dengan kapal serupa inilah, Bung Hatta menuju ke Jepang pada Februari 1933. (Foto: Delpher)

Kepada wartawan Jepang, Bung Hatta bilang perjalanannya murni bisnis buat menemani pamannya. Dan ia membuktikannya.

Bung Hatta mendapatkan rahasia kemajuan industri Jepang waktu berkunjung ke sekolah teknik menengah. Di sini ia lihat siswa membongkar sebuah mobil buatan Ford, lalu mereka memasangkannya kembali.

"Terpikir dalam hatiku, cara beginilah Jepang mengejar ketinggalannya dari Eropa dan Amerika. Ditiru lebih dahulu dan kemudian dibuat sendiri dalam bentuk yang diperbaiki," kata Bung Hatta.

Ini mirip banget dengan pola bisnis kita hari ini, yaitu ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi).

Selain ke sekolah, Bung Hatta juga berkunjung ke pabrik tekstil dan percetakan. Mesin-mesin di pabrik tersebut baru semuanya. Para buruhnya juga bekerja secara tertib dan rajin mandi.

Satu yang agak bikin susah Bung Hatta adalah tata pergaulan.

Jika ada pertemuan, orang Jepang biasa berbasa-basi lebih dulu dengan minum teh. Baru setelahnya masuk ke inti pertemuan. Jadi, satu pertemuan bisa makan waktu berjam-jam.

Bung Hatta enggak pernah mau nerima undangan yang sifatnya politik. Ada dua undangan yang ia tolak halus, yaitu dari walikota Tokyo dan dari Menteri Pertahanan Jepang Jenderal Araki.

"Untunglah usaha Pemerintah Jepang mendekati aku dapat ku hindarkan," ucap Bung Hatta.

Jepang merasa perlu mendekati Indonesia demi mewujudkan cita-cita pan-Asia, yaitu bersatunya Asia di bawah payung Jepang. Kebetulan pula saat itu paham fasisme militer mulai berkembang di Jepang.

Fasisme militer menekankan kekuatan dominan dalam pemerintahan dan masyarakat berada pada militer. Melalui militer, kejayaan negara dapat tercapai. Begitu pula dengan rasa nasionalisme.

Fasisme militer lah yang mendorong ekspansi Jepang ke selatan dengan cara menaklukkan. Berkedok pembebasan dari kolonialisme Barat.

Bung Hatta menyadari bahaya ini dan berharap bisa lekas pulang ke Indonesia. Ia dan pamannya kembali ke Indonesia pada awal Mei.

Bung Hatta lalu menuliskan kesan-kesannya tentang Jepang di majalah Daulat Ra'jat 10 Juni 1933.

Berjudul "Djepoen Maoe Kembali ke Asia", artikel itu enggak hanya berisi puja-puji pada kemajuan Jepang, tapi juga kritik untuk ambisi Jepang menguasai Asia lewat konsep pan-Asia.

"Sungguhpun aliran ini tidak kuat, suaranya dapat juga berpengaruh lambat laun untuk membangktikan cita-cita kolonisasi baru bagi Jepang di Asia, apa lagi rakyatnya tidak mempunyai pengertian dalam politik," kata Bung Hatta.

Baca juga:

Mengapa Indonesia Disebut Bangsa Pelaut? Ternyata Jawabannya Ada dalam Sejarah

Wartawan Indonesia yang Kagum dengan Jepang

Selain Bung Hatta, ada pula orang Indonesia yang ke Jepang selama dekade 1930-an. Namanya Parada Harahap.

Parada adalah wartawan sekaligus pemimpin lima surat kabar di Hindia Belanda. Yang paling terkenal Bintang Timoer.

Enggak heran Parada Harahap dibilang sebagai 'King of the Java Press' ketika itu.

Seperti kebanyakan orang terpelajar kala itu, Parada mengetahui perkembangan Jepang dari buku bacaan dan berita di surat kabar. Ia begitu terpikat dengan Jepang.

Suatu hari, Parada punya peluang mengunjungi Jepang. Ia langsung menyabetnya.

Pada 17 November 1933, Parada berangkat ke Jepang bersama sejumlah pelajar dan pedagang. Keberangkatannya tercatat dalam koran Belanda Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie.

Parada Harahap King of Java Press
Parada Harahap, wartawan Indonesia yang kagum dengan perkembangan Jepang pada 1930-an. (Foto: ANRI)

"Pagi ini, tepat jam 6, dari pelabuhan Tanjung Priok, kapal Jepang Nagoya Maru berlayar membawa rombongan spesial yang dipimpin oleh Parada Harahap, direktur sekaligus pemimpin redaksi Bintang Timoer," tulis koran tersebut.

Parada dan rombongan tiba di Jepang pada awal Desember 1933. Menurut koran Belanda De avondpost, mereka disambut hangat oleh orang Jepang.

"Cerita tentang kunjungan istimewa ini bahkan dimuat di koran-koran Jepang seperti The Osaka Mainichi dan The Tokyo Nichi Nichi," tulis De Avondpost 14 Januari 1934.

Dua koran Jepang tersebut menyebut kedatangan Parada dan kawan-kawan sebagai "misi dagang dari Jawa."

Kepada wartawan dua koran itu, Parada bilang tujuan mereka ke Jepang adalah untuk menikmati keindahan alam dan bertemu dengan para pemimpin industri dan perdagangan.

Parada ingin banget membangun hubungan persahabatan antara Jepang dan Jawa, dan siap menggunakan perusahaan persnya untuk mendukung tujuan itu.

Sebaliknya, Jepang juga lebih tertarik menjalin hubungan dengan warga pribumi Hindia Belanda daripada dengan pemerintah Hindia Belanda.

Melalui pers, Parada berencana menyebarkan berita tentang Jepang seluas-luasnya. Dia juga berniat menulis buku tentang pengalamannya di sana.

Tapi karena kunjungan ini cuma tiga minggu, Parada merasa enggak bakal cukup waktu buat mewujudkan semua rencananya. Makanya, dia mikir buat balik lagi ke Jepang pas musim bunga sakura.

Baca juga:

Respons Masyarakat Nusantara terhadap Kedatangan Bangsa Eropa saat Masa Perdagangan Rempah: Terbuka, Kritis, dan Bermartabat

Parada Harahap Memuji Jepang

Rombongan Parada balik ke Indonesia pada Januari 1934. Kepada jurnalis koran De Indische Courant yang mewawancarainya, Parada berbagi kesan selama mengunjungi Jepang.

Selama di sana, rombongan Parada diajak keliling ke pabrik, pelabuhan, sekolah, dan pertanian. Pokoknya, enggak ada waktu buat istirahat. Jadwal mereka penuh dengan kunjungan dan jamuan makan.

Suasana Kota Tokyo Tahun 1930-an
Parada Harahap terkesan dengan cara kerja, organisasi, dan semangat orang Jepang. (Foto: YouTube/Ueda)

"Parada kagum sekali sama Jepang. Dia terkesan dengan cara kerja, organisasi, dan semangat orang Jepang. Jepang sudah jadi kekuatan industri besar dalam waktu singkat. Banyak produk mereka diekspor ke luar negeri, termasuk ke Hindia Belanda," tulis De Indische courant, 13 Januari 1934.

Menurut Parada, Jepang berusaha keras buat melampaui Eropa dalam segala hal.

"Pendidikan di sana luar biasa, dengan universitas besar dan profesor terbaik," kata Parada.

Jepang punya perpustakaan lengkap dengan buku dari berbagai bahasa. Orang Jepang yang pergi ke luar negeri diajarin bahasa negara tujuan dengan sangat baik.

Saat jamuan makan, orang Jepang yang pernah ke Hindia Belanda ngomong pakai bahasa Melayu.

Cerita lengkap perjalanan Parada termuat dalam buku yang akhirnya ditebitkan pada Juli 1934 dengan judul Menoedjoe Matahari Terbit Perdjalanan ke Djepang November 1933-Januari 1934.

Nah, itulah cerita dua orang Indonesia yang pernah mengunjungi Jepang pada 1930-an. Bung Hatta dengan pandangan kritisnya dan Parada Harahap dengan semangat persahabatannya.

Jadi, apakah kamu terinspirasi untuk menjelajahi Jepang dan belajar dari 'Negeri Sakura'? (dru)

Baca juga:

Sejarah VOC dan EIC Berebut Rempah di Nusantara, Dua Perusahaan Multinasional yang Berperang di Negeri Orang

#Sejarah
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Lifestyle
18 September Memperingati Hari Apa? Kamu Harus Tahu!
18 September Memperingati Hari Apa: 1. Hari Kesetaraan Gaji Internasiona, 2. Hari Bambu Sedunia, 3. Hari Pemantauan Air Sedunia,selengkapnya
ImanK - Rabu, 17 September 2025
18 September Memperingati Hari Apa? Kamu Harus Tahu!
Lifestyle
16 September Memperingati Hari Apa? Ini 5 Sejarah Penting yang Terjadi
16 September Memperingati Hari Apa? 1. Hari Ozon Sedunia, 2. Hari Kemerdekaan Meksiko, 3. Pembentukan Federasi Malaysia, selengkapnya
ImanK - Selasa, 16 September 2025
16 September Memperingati Hari Apa? Ini 5 Sejarah Penting yang Terjadi
Lifestyle
15 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Hari Penting dan Fakta Menariknya
15 September memperingati hari apa? Yup, hari ini bukan sekadar angka dalam kalender di baliknya tersimpan sejumlah peringatan penting
ImanK - Minggu, 14 September 2025
15 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Hari Penting dan Fakta Menariknya
Lifestyle
13 September Memperingati Hari Apa? Ini 7 Peringatan dan Fakta Menarik di Baliknya
13 September Memperingati Hari Apa: 1. Hari Programmer, 2. Hari Berpikir Positif, 3. Hari Twilighters Nasional, selengkapnya
ImanK - Jumat, 12 September 2025
13 September Memperingati Hari Apa? Ini 7 Peringatan dan Fakta Menarik di Baliknya
Lifestyle
12 September Memperingati Hari Apa? Peristiwa Bersejarah hingga Perayaan Unik Dunia
Apa saja yang terjadi pada 12 September? Ini sejarah lengkapnya termasuk Hari Purnawirawan, Tragedi Tanjung Priok, dan peristiwa dunia.
ImanK - Kamis, 11 September 2025
12 September Memperingati Hari Apa? Peristiwa Bersejarah hingga Perayaan Unik Dunia
Lifestyle
9 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Fakta Mengejutkan
9 September memperingati hari apa? 1. Hari Berdirinya Korea Utara, 2. Double Ninth Festival, 3. Hari Olahraga Nasional, selengkapnya
ImanK - Senin, 08 September 2025
9 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Fakta Mengejutkan
Lifestyle
7 September Memperingati Hari Apa? Munir Meregang Nyawa di Udara
7 September memperingati hari apa? 1. Hari Kemerdekaan Brasil, 2. ari Udara Bersih Internasional, 3. National Beer Lovers Day, selengkapnya
ImanK - Sabtu, 06 September 2025
7 September Memperingati Hari Apa? Munir Meregang Nyawa di Udara
Lifestyle
6 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Perayaan dan Fakta Uniknya
6 September Memperingati Hari Apa: 1. Festival Janmashtami, 2. Hari Baca Buku Nasional, 3. Hari Tradisi Melempar Telur, selengkapnya
ImanK - Jumat, 05 September 2025
6 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Perayaan dan Fakta Uniknya
Lifestyle
5 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Peringatan dan Peristiwa Pentingnya
5 September memperingati hari apa? Yup, setiap tahunnya menjadi hari yang sarat makna bukan hanya bagi umat Islam di Indonesia
ImanK - Kamis, 04 September 2025
5 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Peringatan dan Peristiwa Pentingnya
Lifestyle
4 September Memperingati Hari Apa? Ini Fakta Menarik yang Jarang Diketahui
4 September Memperingati Hari Apa: 1. Hari Pelanggan Nasional, 2. International Hijab Solidarity Day, 3. Hari Kacang Macadamia Nasional, selengkapnya
ImanK - Rabu, 03 September 2025
4 September Memperingati Hari Apa? Ini Fakta Menarik yang Jarang Diketahui
Bagikan