Buku A Man Called Ahok Diangkat Ke Layar Lebar

KISAH yang menceritakan seorang tokoh ternama selalu menarik untuk diangkat ke dalam film layar lebar. Kali ini, buku A Man Called Ahok yang diangkat ke layar lebar. Ya, benar sekali film ini akan menceritakan sepenggal kisah kehidupan pribadi mantan gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Film tersebut diproduksi oleh The United Team of Art, sebuah perusahaan media dan komunikasi audio visual yang mendukung pasar industri kreatif lokal maupun internasional. Sutradara Putrama Tuta dipercaya untuk menggarap film yang akan segera tayang tahun ini.

"Saya menggambarkan ini ke layar lebar untuk mengajak masyarakat berkaca pada sejarah dan menambah rasa cinta tanah air," ujarnya saat rilis teaser film itu di XXI Metropole, Menteng, Kamis (6/9).

Menurut Tuta, film ini meminjam kisah kehidupan Ahok dari kecil di Gantong, Kepulauan Belitung Timur sekitar tahun 1976. Kisah Ahok pun akan berlanjut hingga ia menjabat sebagai Bupati Belitung Timur pada tahun 2005. Sosok Ahok kecil akan diperankan Eric Febrian, Putra daerah Belitong. Sementara sosok Ahok dewasa akan diperankan oleh presenter Daniel Mananta.

Deretan artis ternama lainnya juga akan terlibat semisal Chew Kin Wah, Siti Nursanti, Ferry Salim, Yayu Unru, Dewi Irawan, Ria Irawan, Donny Damara, Eriska Rein, Samuel Wongso, Jill Gladys, Aida Nurmala, hingga Donny Alamsyah.

"Ini adalah cerita bagaimana sebuah karakter dapat dibentuk. Bagaimana Ahok bisa menjadi sosok seperti saat ini. Karena itu saya memilih bagian terpenting dari kehidupan manusia. Keluarga," tambah Tuta.

Lebih jauh, Tuta menambahkan bahwa film ini sama sekali tidak dibuat karena konflik politik. Dengan kata lain dirinya murni ingin mengangkat kisah sosok yang inspiratif untuk diceritakan kepada masyarakat. "Saya murni becerita tentang keluarga dan apa yang membuat Ahok dikenal publik seperti saat ini," ia menegaskan.

Film ini bercerita mengenai seorang anak lelaki hingga menjadi pria dewasa yang tanpa henti selalu berusaha demi kebenaran yang ia yakini. Juga dedikasi seorang ayah kepada keluarga. Serta segala pengambilan keputusan demi membela orang kecil untuk perubahan yang lebih baik.

Dalam film itu, Tuta juga merasa bangga dapat mengeluarkan suara untuk menghapus perbedaan melalui gambar dan cerita. Tujuan utama film ini memang ingin memberikan dampak sosial yang positif. (ikh)