Budi Soehardi, dari Pilot menjadi Bapak Asuh

Dwi AstariniDwi Astarini - Minggu, 15 Oktober 2017
Budi Soehardi, dari Pilot menjadi Bapak Asuh

Budi Soehardi. (foto: mp/ raden yusuf N)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MENGUBAH haluan dari seorang pilot menjadi bapak asuh untuk anak-anak kurang beruntung menjadi pilihan yang diambil Budi Soehardi.

Sebelum mendirikan Panti Asuhan Roslin, Budi Soehardi ialah seorang pilot maskapai Garuda Indonesia. Ia bahkan pernah bekerja di maskapai penerbangan asing di Korea dan Singapore Airlines. Budi mengkahiri kariernya sebagai pilot pada 2015 lalu.

Budi mengaku awalnya tak ada sedikit pun terpikir dan berencana untuk mengurusi sebuah panti asuhan. Namun, sebuah tayangan TV mengubah rencananya.

Pada 1999, Rudi dan keluarga berencana terbang ke Singapura untuk bernostalgia setelah sembilan tahun menetap di Korea Selatan. Sehari sebelum terbang ke Singapura, Rudi dan keluarga menikmati makanan kesukaan di sebuah hotel. Ketika itu, Rudi dan keluarga tengah merencanakan liburan keliling dunia selama 33 hari.

Seusai menyantap makan malam, Rudi kembali ke kamar hotel. Secara tak sengaja, mereka melihat sebuah acara TV yang menampilkan kondisi pengungsi Timor Timur. Mereka menyaksikan sendiri kondisi para pengungsi yang amat kontras dengan apa ia dan keluarga tengah alami.

"Kami melihat makanan kesukaan kami bersih, aman, dan semuanya ada. Sementara itu, di televisi orang-orang dengan penuh ketidakpastian dan sifatnya sangat survival," ucap Rudi saat ditemui di kawasan Panglima Polim, Jakarta Selatan, Sabtu (14/10).

Tayangan TV itu pun mengubah rencana Budi sekeluarga. Rasa syukur atas nikmat yang mereka rasakan mereka ungkapkan dengan mengunjungi para pengungsi Timor Timur di Atambua. Demi mengunjungi para pengungsi di Atambua, mereka pun membatalkan liburan keliling dunia yang sudah mereka rencanakan.

Budi sekeluarga datang membantu dengan memberi makanan dan pakaian. Namun, Budi melihat bantuan itu habis hanya dalam hitungan hari. Ia pun berkesimpulan bantuan makanan dan pakaian saja tidaklah cukup. Menurutnya, bantuan itu tak memberikan efek yang cukup signifikan.

Atas inisiatif pribadi, mantan pilot Singapore Airlines itu mencari sebuah rumah kontrakan untuk menampung sebagian anak-anak pengungsi Timor Timur. Saat itu, ada 16 anak yang ia tampung. Usaha itu pun bukan tanpa kendala. Budi melihat rumah kontrakannya tak cukup besar untuk menampung 16 orang anak, sehingga anak-anak tampak tak nyaman.

Akhirnya Rudi dan sang istri, Peggy, memutuskan membangun panti asuhan sendiri. Perlahan tapi pasti, pada 1999, Rudi berhasil mendirikan Panti Asuhan Roslin dengan usaha sendiri. Ia mengaku tak mendapat bantuan dari siapa pun untuk mewujudkan niatnya mendirikan penampungan bagi anak-anak pengungsi. Panti Asuhan Roslin sendiri bertujuan membantu para pengungsi yang melarikan diri dari kekacauan di Timor Timur.

Selain itu, di Panti Asuhan Roslin, anak-anak diasuh lewat pendidikan formal agar dapat mengembangkan diri sepenuhnya hingga menjadi agen perubahan positif yang memberikan kontribusi berarti bagi masyarakat. Anak-anak di Panti Asuhan Roslin juga diajari cara bertani atau bercocok tanam serta memasak. Hasil pertanian anak-anak itu kemudian digunakan untuk membantu biaya sekolah anak-anak panti asuhan.

Budi mengaku menggunakan dana pribadi untuk mendirikan dan menjalankan panti asuhan tersebut. Dengan sangat bijaksana, ia menyisihkan gajinya sebagai seorang pilot demi menghidupi dan memberikan pendidikan yang layak bagi ratusan anak panti sejak Panti Asuhan Roslin didirikan.

"Awalnya sejak 1999 hingg 2010 saya membiayai dari gaji saya sendiri. Pihak penyumbang ada, tapi jumlahnya tidak signifikan. Penyumbang reguler pun tak ada. Namun, itu jsutru menjadi dorongan bagi kami bahwa kami harus bisa mandiri. Tak mengharap belas kasihan orang lain," ujar Budi.

Saat ini Panti Asuhan Roslin menampung lebih dari 150 anak. Seluruhnya mengenyam pendidikan dari SD hingga SMU, bahkan beberapa ada juga yang sudah kuliah dan lulus dari universitas.

Berkat kegigihan Budi dalam membantu anak-anak yatim piatu di Panti Asuhan Roslin, ia dianugerahi penghargaan Hero of the Year dari CNN pada 2009. Pengharaan itu didapat lantaran banyak volunter dari berbagai negara yang turut berpartisipasi di panti asuhannya itu.

"Jadi awalnya, banyak volunter dari negera-negara lain ke Panti Asuhan Roslin. Mungkin mereka bercerita tentang ini ke CNN, hingga akhirnya jadi ramai terus sekarang," jelasnya.(Ryn)

Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special
Bagikan