Bripka Junaidi, Antara Pengabdian dan Perjuangan Islam

MerahPutih Megapolitan - Menjadi abdi negara ternyata tidak membuat polisi berpangkat Brigadir Polisi Kepala (Bripka) Junaidi memperjuangkan agama Islam.

Dengan semangat, tenaga, dan juga uang, ia berjuang sendiri membangun sebuah pesantren guna menyebarkan pendidikan Islam di kampungnya, Desa Songgela Kelurahan Jati Wangi, Nusa Tenggara Barat.

Lelaki yang baru berusia 38 tahun itu mengatakan motivasi mendirikan sebuah pesantren karena melihat pendidikan agama semakin memudar. Apalagi jika dibandingkan dengan kondisi masyarakat tempo dulu yang gemar membaca Alquran. "Melihat kondisi keagamaan semakin hari semakin pudar," kata Bripka Junaidi saat merahputih.com hubungi via telepon, Tangerang, Banten, Jumat (1/7).

Sejak tahun 2010, ia pun mulai menyisihkan sebagian gajinya untuk membeli peralatan seperti semen dan kayu. "Saya menyisihkan sebagian gaji saya,"tuturnya.

Untuk bahan lainnya, tambah Bripka Junaidi, dirinya mengambil di laut dan gunung yang berada di dekat pesantren. "Sejak tahun 2010 juga, saya ambil pasir di laut dan batu di gunung. Selepas piket, saya ambil semua bahan yang diberikan alam," tambahnya.

Adapun nama pesantren yang ia bangun ialah Al Fathul Alim dengan jumlah santri sekira 70-an orang.(Ard)

BACA JUGA:

1. Setelah Bripka Seladi, Ada Polisi Jadi Guru Tari di Depok
2. 5 Fakta Tentang Polisi Jujur Bripka Seladi
3. Selama 14 Tahun Berdinas Bripka Seladi Tidak Pernah Terima Suap
4. Bripka Seladi Pernah Diusir Sesama Pemulung
5. Sekolah Tari Tradisional Ajarkan Tarian Nusantara secara Gratis