Kesehatan

Bracing, Metode Penyembuhan Skoliosis Non Operasi

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Selasa, 17 Juli 2018
Bracing, Metode Penyembuhan Skoliosis Non Operasi

Skoliosis dapat menyerang siapa saja (Foto: MP/Ikhsan Digdo)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MENGATASI kelainan tulang belakang yang melengkung atau skoliosis tidak perlu melalui operasi. Terapi non operasi bisa dilakukan semisal terapi, latihan fisik, dan menggunakan penunjang (bracing). Serta terapi alternatif dan komplementer.

Metode non operasi tersebut membuat tubuh pasien kembali menjadi seimbang, menghentikan proses tulang dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun, penting untuk diingat, deteksi dini merupakan langkah penting dalam penanganan skoliosis.

Karena jika didiamkan, skoliosis akan menjadi parah. Seseorang dapat dikatakan terkena skoliosis jika memiliki kurva minimal 10 derajat. Jika tidak ada penanganan dan kurva semakin membesar. Satu-satunya jalan bisa jadi adalah tindakan pembedahan.

Skoliosis sendiri bisa terjadi terhadap wanita maupun pria. Bahkan, anak-anak masa pertumbuhan (9-17 tahun) tidak menutup kemungkinan dapat terkena kelainan tulang belakang tersebut. Faktornya bisa karena keturunan maupun kebiasaan cara melakukan aktivitas harian.

Mari fokus dengan terapi menggunakan brace (bracing) sebagai alat penunjang. Tahapan diagnosa bracing harus dimulai dengan memindai tubuh melalui alat tiga dimensi bernama BraceScan. Alat tersebut memiliki teknologi pemindai laser 3D seluruh tubuh, sinar x dan foto postur tubuh.

Brace (Foto: Istimewa)

"Brace secara klinis telah terbukti mengurangi lengkung atau kurva pada kasus umum skoliosis," jelas Ahli Fisioterapi dan Anatomi Labana Simanihuruk, B.Sc, dalam seminar media bertajuk 'Terapi Non-Operasi: Harapan Baru Bagi Pasien Scoliosis', di Tjikini Lima Resto, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (17/7).

Labana menjelaskan cara kerja penentuan pembuatan brace yang ada di klinik bernama 'Scoliosis Care'. Pertama dilakukan pendeteksian menggunakan scolio meter dan metode adam test pada tahap awal. Setelah mendapatkan pertanda scoliosis, kemudian dipastikan kembali dengan menggunakan X RAY.

Ada lima jenis brace yang digunakan sesuai kebutuhan pasien. Scolibrace digunakan sebagai koreksi skoliosis. Lumbar brace dapat digunakan untuk orang dewasa dan para manula. Ada pula kypho brace untuk pasien kyphosis. Sementara untuk pasien anak-anak dapat menggunakan scolinite dan hybrid kypho-scoliosis brace untuk pasien skoliosis dan kiposis.

Sayangnya, terutama bagi para remaja, masih banyak yang tidak percaya diri menggunakan brace. Di lingkungan sekolah tidak sedikit dari mereka yang merasa aneh di depan teman lainnya. Begitu pula bagi orang dewasa yang kurang percaya diri mengenakan brace di lingkungan kerja atau masyarakat. Hal ini terjadi di Indonesia. "Banyak yang gagal karena (penggunaan brace) tidak sesuai anjuran," tambah Labana.

Karenanya, kata Labana 'Scoliosis Care' merancang brace yang dapat nyaman digunakan para pasien. Sebab, bentuk desain brace itu sendiri dapat dibuat sesuai dengan keinginan pasien. "Sehingga dapat menambah rasa kepercayaan diri saat digunakan," sambungnya.

Di waktu yang sama, salah satu pasien skoliosis, Sang Ayu Putu Cynthia Maharani, mengungkapkan pengalamannya menggunakan brace. Wanita yang berprofesi sebagi karyawan swasta dan penari ini mengatakan penggunaan brace memberikan hasil yang efektif dalam menangani kondisi skoliosisnya.

Awalnya Cynthia memiliki kurva sebesar 45 derajat. Ia menemukan kelainan pada tulang belakangnya saat tengah mencoba pakaian. Ia menemukan ada ketidak selarasan antara ukuran pakaiannya dengan tubuhnya. "Jadi kelihatan badan sebelah kanan saya terlihat lebih besar," ungkap Cynthia.

Labana Simanihuruk (Foto: MP/Ikhsan Digdo)

Bahkan, dalam beberapa bulan kurva Cynthia pun bertambah hingga mencapai 53 derajat. Akhirnya, karena takut operasi, ia pun mencoba cara penyembuhan dengan menggunakan brace. Selama dua tahun ia menggunakan brace dan hasilnya mengalami penurunan kurva hingga 30 derajat.

Cynthia pun tidak lupa menyarankan agar siapapun melakukan pemeriksaan sejak dini. Terlebih jika merasakan rasa nyeri pada tulang belakang. Jangan menunggu lama untuk mencari tahu kondisi yang dialami tersebut. "Saya tuh awalnya enggak ada rasa nyeri. Akhirnya lama kelamaan terasa nyeri sekali, bahkan mengganggu aktivitas," akunya.

Yang terpenting, menurut Labana, adalah pasca pelepasan brace. Penggunaan brace maksimal ialah dua tahun. Namun, setelah melakukan pelepasan, pasien harus bisa mempertahankan kondisi tulang belakang mereka dengan merutinkan aktivitas terutama olahraga non kontak fisik. "Setelah lepas brace, kasih waktu lima tahun untuk maintain fitness," tukasnya.

Cara mudah mengetahui seseorang terkena skoliosis adalah melakukan pengecekan dari belakang. Misalnya dapat dilihat apakah orang tersebut memiliki pinggul atau pinggang yang miring. Bisa dilihat juga apakah ada tonjolan pada tulang bahu. (ikh)

Baca juga: Payudara Terlalu Besar Menyebabkan Skoliosis?

#Tulang Belakang
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Fun
Yuk Aktif Bergerak Demi Tulang Kuat dan Jantung Sehat
Pentingnya sinergi kesehatan antara otot, tulang, dan jantung.
Ikhsan Aryo Digdo - Senin, 24 Oktober 2022
Yuk Aktif Bergerak Demi Tulang Kuat dan Jantung Sehat
Bagikan