Supermoon Dikaitkan dengan Mistik, Ini Penjelasan BMKG
Gerhana Bulan Total. Foto: Ist
MerahPutih.Com - Fenomena Supermoon atau gerhana bulan total hanya peristiwa alam semata dan tidak ada sangkut pautnya dengan hal-hal mistik atua klenik. Menurut Kepala BMKG Jambi, Nurangesti Widyastuti supermoon hanyalah peristiwa astronomi.
"Jangan dikaitkan kejadian itu dengan hal-hal mistik dan klenik, karena itu merupakan fenomena astronomi yang bisa terjadi," kata Nurangesti Widyastuti di Jambi, Senin (29/1).
Nurangesti menjelaskan, pada 31 Januari dapat disaksikan suatu fenomena alam yang sangat jarang terjadi yang disebut sebagai fenomena super blue blood moon.
Peristiwa itu katanya akan berlangsung setelah matahari terbenam dan seluruh masyarakat Indonesia bisa menyaksikan peristiwa yang jarang terjadi tersebut.
Nurangesti sebagaiamana dilansir Antara memaparkan, kejadian itu akan mengkombinasikan tiga fenomena sekaligus pada saat yang bersamaan, yaitu blue moon (bulan biru), super moon (bulan super besar) dan total lunar eclipse (gerhana bulan Total), kejadian yang sangat langka ini baru terjadi kembali dalam kurun waktu 152 tahun silam.
"Kita akan dapat menyaksikan supermoon yang sangat masif yang besarnya 14 persen dari bulan yang biasa kita saksikan dan juga memiliki terang cahaya 30 persen lebih terang dari biasanya. Supermoon ini terjadi karena posisi bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi, dikarenakan oleh posisi orbitnya yang oval, bukan berbentuk lingkaran," katanya menjelaskan.
Blue moon juga merupakan kejadian cukup langka karena ini merupakan bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan Januari 2018 ini, fase kejadian ini tidak memiliki hubungan dengan kata warna biru sang rembulan. Blue moon katanya akan terjadi bersamaan dengan gerhana bulan total.
"Bulan biru atau bulan purnama kedua merupakan peristiwa biasa. Tapi ketika si bulan biru terjadi berbarengan dengan gerhana bulan total, mungkin ini yang tidak biasa," katanya lagi.
Sementara gerhana bulan total yang disebut juga sebagai blood moon terjadi bila posisi bumi kita tepat berada diantara matahari dan bulan, yang akan memaksa sinar matahari untuk melewati atmosfer kemudian atmosfer akan menyaring sebagian besar cahaya yang berwarna biru sehingga yang tersisa adalah warna oranye dan merah saja.
Bulan akan mulai memasuki bayangan bumi pukul 18:48 WIB dan menghabiskan waktu 3 jam 22 menit dalam umbra bumi.
Keseluruhan gerhana bulan kata Nurangesti akan terjadi selama 5 jam 17 menit dengan durasi gerhana total 1 jam 16 menit 4 detik. Proses gerhana dimulai sejak matahari terbenam sampai tengah malam dan puncak gerhana bulan total terjadi pada pukul 20:31 WIB.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Prakiraan BMKG: Sejumlah Kota Besar di Indonesia Masih Akan Diguyur Hujan pada Kamis, 23 Oktober, dengan Intensitas Ringan hingga Disertai Petir
BMKG Imbau Warga Pesisir Jakarta Waspada Banjir Rob hingga 28 Oktober
Prakiraan BMKG: Hujan Ringan hingga Disertai Petir di Sejumlah Kota Besar di Indonesia pada Rabu, 22 Oktober 2025, Waspada Juga Gelombang Tinggi dan Banjir Rob
BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Jawa Timur 20-29 Oktober, Bisa Akibatkan Bencana Hidrometeorologi
Prakiraan BMKG: Hujan Ringan hingga Sedang Guyur Jakarta pada Rabu, 22 Oktober 2025
Prakiraan BMKG: Hujan Ringan hingga Sedang di Sejumlah Kota Besar di Indonesia pada Selasa, 21 Oktober 2025
Siklon Tropis Fengshen Turut Memengaruhi, Sulawesi Utara Akan Dilanda Cuaca Ekstrem hingga 26 Oktober
Prakiraan BMKG: Sebagian Besar Wilayah Jakarta Cerah Pada Minggu (19/10) Siang
Cuaca Panas Ekstrem, Pemerintah DKI Diminta Segera Siapkan Ketersedian Air di Setiap Wilayah
Prakiraan BMKG: Mayoritas Kota Besar di Indonesia Diguyur Hujan Sabtu, 18 Oktober, Mulai Ringan hingga Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang