Berubah Seiring Teknologi, inilah Gaya Nonton dari Masa ke Masa

Dwi AstariniDwi Astarini - Sabtu, 07 September 2019
Berubah Seiring Teknologi, inilah Gaya Nonton dari Masa ke Masa

Cara nonton film berubah dari masa ke masa. (foto: pixabay/michael gaida)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

FILM sudah sejak lama menarik banyak penonton. Dari masa ke masa, film berkembang. Tak hanya dari sisi produksi film, alat atau media yang digunakan pun ikut brganti.

Pada era 80-an, penonton menyaksikan tayangan film melalui layar yang dibentangkan dengan pemancar video atau dikenal proyektor. Di abad ke-21, mulai diciptakan dan dibangun lokasi khusus untuk menonton film. Kualitas video dikembangkan lebih baik daripada sebelumnya. Meski begitu, sejarah dunia perfilman tak terelakkan dari kenangan manis di masa lalu.

BACA JUGA: 4 Sinetron Horor Lawas yang Bisa Bikin Kamu tak Bisa Tidur

Berikut ini Merahputih.com rangkum beberapa cara menonton dari masa ke masa, seiring berkembangnya teknologi.

1. Layar tancap

layar tancap
Layar tancap digelar di tempat terbuka. (foto: Unsplash/Zhifei Zhou)

Layar tancap pertama kali dipakai masyarakat Jepang. Di Indonesia, jenis tontonan ini populer di era 70-an. Layar tancap diartikan sebagai bioskop keliling. Tak menetap layaknya bioskop di masa sekarang. Biasanya layar akan digelar dan ditancapkan ke tanah di tanah lapang. Tak ada aturan posisi duduk, penonton dipersilahkan memilih tempat ternyaman sesuai keinginan.

Karena digelar di tempat terbuka, penonton layar tancap acap dihinggapi rasa was-was. Alasannya, saat hujan turun, pertunjukan layar tancap pun harus bubar. Itulah mengapa layar tancap juga populer dengan sebutan 'misbar' alias 'gerimis bubar'. Biasanya, film yang umum diputar ialah jenis dokumenter. Rekaman pidato Bung Karno ialah salah satunya.

Pada tahun 80-an biasanya yang jadi tontonan favorit adalah film-film Rhoma Irama. Lucunya kalau jagoannya menang, penonton langsung tepuk tangan.

2. Bioskop

bioskop
Pada 1900-an, nonton film pindah ke dalam ruangan bioskop. (foto: Unsplash/Krists Luhaers)


Pada 1900-an, layar tancap berpindah ke dalam ruangan. Dengan sebuah proyektor dan layar, bioskop dibuat dalam ruangan tertutup dengan pendingin, tata suara, dan pencahayaan tersendiri.

Berawal dari penemuan kamera, George Eastman kemudian memperkenalkan bioskop. Laman Stari menyebut pemutaran film di bioskop kemudian dikembangan dengan menggunakan film. Pemutaran film perdana digelar di New York pada 1890.

Di Indonesia, bioskop mulanya berdiri di sekitar Lapangan Gambir. Banyak warga yang menanti-nanti pemutaran film di bioskop. Terlebih ketika yang diputar ialah film-film internasional yang terkenal.

Kini, bioskop tampil jadi tempat rekreasi yang menyenangkan. Tak hanya menonton film terbaru, kamu pun bisa menikmati makanan dan minuman di restoran atau kafe yang tersedia di dalam bioskop.


3. Streaming

streaming
Kini nonton film bisa dengan streaming. (foto: Unsplash/Glenn Carstens Peters)


Ketika teknologi makin berkembang, bisokop tak lagi jadi satu-satunya tempat menonton film. Layanan TV kabel dan media streaming jadi saingannya. Layanan seperti Google Chromecast, Roku, Apple TV, dan Netflix kini makin diminati.

Media streaming film berbasis daring dihadirkan sejak 2010 untuk menghibur penonton melalui gawai pribadi. Sebagian besar berbasis HTTP dan jaringan konten (CDN). Layanan ini dikoordinasi dengan industri lainnya meliputi 3GPP, DECE, OIPF, dan W3C. Hasilnya, dynamic adaptive streaming melalui HTTP yang dikenal sebagai MPEG-DASH. Hingga saat ini, media streaming telah berkembang dengan menghadirkan kualitas video HD 720p.(dys)

BACA JUGA: Rekomendasi Film Horor Terseram Adaptasi Novel Stephen King yang Wajib Kamu Tonton

#September Kangen
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Bagikan