Benarkah Saat ini 'High Heels' Menuju Kepunahan?


High heels akan mencapai akhir masanya? (Foto: Pexels/Pixabay)
SEPATU berhak tinggi atau high heels agaknya mulai dijauhkan oleh beberapa orang. Namun dalam berbagai kesempatan formal, high heels masih kerap dijumpai. Meskipun sebenarnya sudah ada beberapa yang memprotes aturan tak tertulis ini.
Sebagai gantinya sneakers mulai terlihat berseliweran dipakai oleh perempaun dalam berbagai kesempatan bahkan dalam kesempatan formil. Seperti Serena Williams yang memakai sneakers saat menghadiri pernikahan Pangeran Harry – Meghan Markle. Kristen Stewart pernah menenteng sepatu hak tingginya sebagai bentuk protes atas aturan red karpet Cannes yang mengharuskan tamu undangan perempuan memakai high heels.
Agaknya sepatu hak tinggi mulai kehilangan pamornya. Meskipun tidak sirna pula dari peradaban manusia. Dalam laman BBC dituliskan bahwa Karl Lagerfeld dalam show haute couture Chanel di tahun 2014, memakaikan model-modelnya dengan sneakers seharga tiga ribu euro atau sekitar Rp50 juta. Kombinasi yang sangat mengejutkan kala itu. Lagerfeld membuat arah kepunahan sepatu hak tinggi semakin jelas.

Sneakers keluaran butik terkenal kemudian sudah terlihat dipakai oleh para selebrita dunia. Meskipun tidak pernah dapat menyaingi eksistensi brand sneakers yang sebenarnya. Untuk urusan harga bisa jadi sejajar, mungkin jauh lebih mahal milik brand-brand itu. Sedangkan di sisi lain gengsi memakai barang butik terkenal tak dapat tergantikan.
Model-model terkenal seperti Gigi dan Bella Hadid memakai sneakers dalam berbagai kesempatan. Namun yang dipakai tentunya bukan sneakers kebanyakan. Mereka selalu dihubungkan dengan brand terkenal seperti Louis Vuitton dan lainnya. Sneakers yang dikeluarkan oleh butik dibanderol dengan harga mulai dari Rp10 juta.

Dari sejarah yang dimuat dalam laman BBC, sepatu hak tinggi ini datang dari Asia ke Eropa pada abad 16. Tadinya hanya dipakai oleh para pria yang memiliki kebutuhan untuk menaiki kuda. Dengan hak tinggi itu, kaki bisa aman berada di tempatnya. Pada perjalanannya sepatu berhak tinggi ini menunjukan status dan kekuasaan seseorang, seperti Louis XIV yang menjadi salah satu influencer high heels.
Sepatu hak tinggi tidak akan punah, demikian yang diungkapkan oleh Beth Goldstein, fashion footwera dan accessories analyst seperti yang dilansir oleh laman BBC. Baginya semuanya menempati porsinya masing-masing. Memang benar sneakers menjadi pemain utama di dunia fashion, namun high heels tetap ada meskipun perkembangannya tidak sedahsyat sneakers.
Meskipun demikian ternyata high heels memiliki penggemar di kalangan pria. Beberapa tahun belakangan ini di berbagai kesempatan formal ada saja pria yang mengenakan high heels. Boots heel sudah ada dalam koleksi brand terkenal seperti Calvin Klein, Saint Laurent dan Belanciaga.
Bahkan desainer asal Italia, Francesco Russo sudah meluncurkan stiletto tanpa gender yang memiliki ukuran dari 35 sampai 45. Baginya hanya menjawab kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Bisa jadi high heels tidak menghilang hanya berada di balik bayang-bayang sneakers. (psr)
Bagikan
Berita Terkait
Sepatu Nyaman Jadi Tren, Bisa Dipakai di Segala Acara

ASICS Gel Cumulus 16 Pop Up Experience 'Rest Area' buat Anak Muda Melepas Penat

Intip Ide OOTD New Balance 740, Y2K Core Banget Nih

New Balance 740 Bawa Tampilan Retro dengan Modernitas, Warna Paling Anyar untuk Gaya Y2K

PUMA Rilis Sepatu Kets H-Street nan Memadukan Warisan Klasik dan Inovasi Modern, Isyana Sarasvati Ikut dalam Peluncuran di Seoul

Adidas kembali Persembahkan Keindahan Indonesia lewat Island Series: SS25 Sulawesi

Gaya Baru Chuck Taylor All Star Double Stack, Siluet Sneakers Ikonis Converse Tampil Playful

New Balance Gelar Selebrasi Warna Abu-Abu dalam 'The Grey Notes', Tampilkan Maliq & D’essentials

New Balance Bawa Semangat 'Biar Karya yang Bicara' di Grey Days 2025, Gandeng Joko Anwar sebagai Kolaborator

ASICS Gel-Kayano 20 x Cecilie Bahnsen, Bawa Siluet Klasik Mary Jane dalam Kolaborasinya
