Bela Yos Suprapto, PDIP Sebut Karya Seni Lazim Jadi Medium Kritik Sosial


Yos Suprapto Bantah Karyanya Vulgar.(foto: Merahputih.com/Ponco Sulaksono)
MERAHPUTIH.COM - ANGGOTA Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP), Bonnie Triyana menyatakan seni rupa, yang dalam hal ini seni lukis, merupakan ranah multitafsir. Hal itu disampaikan Bonnie saat merespons pembatalan pameran tunggal seniman Yos Suprapto yang bertajuk Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan.
"Bagaimanapun karya seni merupakan medium untuk kritik sosial merupakan hal yang lazim," kata Bonnie kepada wartawan, Sabtu (21/12).
Menurut politikus yang sebelumnya dikenal sebagai sejarawan ini, karena karya seni multitafsir sehingga berbahaya jika dilihat hanya dari satu perspektif. “Seniman memiliki otoritas dalam berkarya dengan tema masing-masing dan itu tidak akan menimbulkan bencana politik apa-apa," ujarnya.
"Biarkan ruang berekspresi dan kebebasan bicara menjadi milik publik dalam rangka pendewasaan bangsa Indonesia dalam berdemokrasi," sambung Bonnie.
Baca juga:
Yos Suprapto Bantah Karyanya Vulgar, Tuding Fadli Zon tak Layak Jadi Menteri Kebudayaan
Pendiri majalah sejarah populer, Historia, ini kembali mengingatkan karya seni merupakan kebebasan berekspresi yang dijamin kontistusi negara. "Menurut saya, kegiatan pameran seni konteksnya dalam negara demokrasi itu, ya bebas saja. Biar publik yang menilai secara perspektif seninya seperti apa," tuturnya.
Lagi pula, lanjut Bonnie, lukisan-lukisan karya Yos Suprapto sudah beredar di media sosial dan sudah dilihat semua orang. "Tidak perlu ada sensor karena karya seni itu multitafsir," tutup legislator dari Dapil Banten I itu.
Galeri Nasional membatalkan pameran tunggal Yos Suprapto, bertajuk Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan di Gedung A Galeri Nasional beberapa menit sebelum pembukaan pada Kamis (19/12) malam.
Di hari pembukaan pameran, terlihat pintu kaca digembok dan lampu dimatikan. Padahal, pameran yang telah dipersiapkan sejak tahun lalu tersebut direncanakan berlangsung pada 20 Desember 2024-19 Januari 2025.
Pameran tunggal Yos Suprapto itu batal digelar karena Suwarno Wisetrotomo yang merupakan kurator dari Galeri Nasional tidak meloloskan lima dari 30 lukisan Yos karena dianggap terlalu vulgar dan tak berkaitan dengan tema pameran tentang kedaulatan pangan.
Lima lukisan itu berkaitan dengan sosok yang pernah sangat populer di masyarakat Indonesia dan banyak kalangan menyebut beberapa gambar dalam lukisan mirip wajah Presiden Ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi).
Pada pameran Yos, terdapat lukisan menunjukkan gambar seorang raja yang mirip dengan Jokowi sedang menginjak orang atau dinilai sebagai rakyat. Ada juga lukisan yang menggambarkan sosok petani yang sedang memberi makan konglomerat.(Pon)
Baca juga: