Batalyon Banteng Raiders, Dibentuk Kelak Membekuk Ahmad Yani

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Rabu, 27 September 2017
Batalyon Banteng Raiders, Dibentuk Kelak Membekuk Ahmad Yani

Pasukan Banteng Raiders. (3bp)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MATAHARI naik setinggi kepala. Tepat pada pukul 13.15 pesawat pemburu Belanda menghujani kota Magelang, pada 23 Juli 1947. Seluruh badan-badan perjuangan Magelang, menurut Soekimin Adiwiratmoko pada Sejarah Perjuangan Masyarakat Kota Magelang di Masa Perjuangan Fisik Tahun 1945-1950, dikerahkan ke seluruh front, seperti front ngablak, front Ngasinan, Front Pingit, Front Nglarangan, front Candiroto, dan front Surakarta, termasuk pasukan Ahmad Yani.

Ahmad Yani, kala itu berpangkat Letnan Kolonel, turun palagan bersama para pasukannya menghadapi pasukan baret hijau Belanda.

Meski pasukan baret hijau Belanda menjadi salah satu inti Korps Speciale Troepen atau pasukan khusus Belanda, front-front perjuangan Indonesia mampu memukul mundur mereka. Dari pertempuran itu, Ahmad Yani belajar mengenai usaha melawan strategi gerilya, atau biasa dikenal sebagai strategi anti-gerilya.

Ahmad Yani memiliki karir bagus. Selepas pengakuan kedaulatan 1949, dia menjadi komandan Brigade Kuda Putih 9/III di Magelang tahun 1950. Setahun kemudian menjadi komandan brigade ‘Q’ Pragola I, lalu pada 1952 menjadi komandan brigade ‘N’ Yudhonegoro, lantas komandan Resimen Infanteri-12, dan menjadi komandan Gerakan Banteng Nasional pada 1952 berperan dalam menghadapi DI/TII.

Saat itu, pasukan Darul Islam sering melakukan win-gate atau penyusupan dari Barat ke Timur. Sehingga sering dicegat pasukan Yani di sekitar daerah Pekalongan selatan. Ia pun berpikir untuk membentuk pasukan anti gerilya. Ia menerapkan ukuran tinggi bagi pasukan anti gerilyanya, berani tempur jarak dekat; aksi pendadakan; tempur dalam jumlah kecil; tidak boleh kehilangan jejak musuh; dan mampu merebut senjata musuh.

Ia pun bereksperimen dengan membentuk pasukan di Jawa Tengah, daerah Gerakan Banteng Nasional (GBN). Pasukan ini diberi nama Banteng Raiders. Banteng mengacu pada GBN, dan Raiders adalah tentara dengan kemampuan tempur di atas rata-rata. Perintisnya pasukan dua kompi saja.

“Satu kompi di bawah kapten Pujadi dari batalyon 401/Banteng Loreng dan satu lagi di bawah kapten Yasir Hadibroto dari batalyon 402/Rajawali. Pembentukan dua kompi ini berdasarkan keputusan Panglima Tentara dan Teritorium IV/Diponegoro nomor 32/13-4/1952, tanggal 21 Maret 1952,” seperti dikutip dalam artikel Parikesit berjudul ‘Penumpasan DI/TII didaerah GBN’ dimuat majalah Vidya Yudha nomor 30 tahun 1978.

Sebelum diterjunkan ke medan pertempuran, kedua kompi tersebut digembleng di Battle Training Centre (BTC) Bandungan, Sumowono - Jawa Tengah selama dua bulan. Latihan meliputi fisik, melempar pisau, marching fire atau menembak sambil berjalan.

Selain itu, pasukan Banteng Raiders dilatih taktik perang, disebut Nyundung dan Ayam Alas. Taktik Nyundung, seperti ditulis Dinas Sejarah AD dalam Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dan Penumpasannya, merupakan taktik menyergap lawan di tempat mereka berkumpul. Dalam taktik ini, prajurit Banteng Raiders harus bergerak dalam kelompok kecil, disiplin dalam penyamaran, dan sabar menunggu musuh lengah. Sementara pada taktik Ayam Alas, anggota Banteng Raiders berada di atas pohon untuk pengintaian, tanpa seragam.

Kontak antar-anggota menggunakan bahasa isyarat telah sudah disepakati terlebih dahulu. “Dari dua kompi, Banteng Raiders secara cepat berkembang menjadi satu batalyon. Pada 1958, di Jawa Tengah ada dua batalyon Banteng Raiders. Hal ini menimbulkan rivalitas antara Banteng Raiders dengan RPKAD (Resimen Para Komando Angakatan Darat -red) yang mengklaim sebagai pasukan elit utama,” tulis Kenneth J. Conboy dalam Kopassus: Inside Indonesia's Special Forces.

Di kemudian hari, tepatnya pada persitiwa 1965, pasukan Banteng Raiders kerap menjadi bahan perbincangan lantaran masuk pada pusaran persitiwa malam 30 September 1965.(*) Achmad Sentot

#Batalyon Banteng Raiders #Jendral Ahmad Yani #Letnan Kolonel Untung
Bagikan

Berita Terkait

Bagikan