Banyak Pelaku Kejahatan, Menara Eiffel Tak Semenarik di Film

Fredy WansyahFredy Wansyah - Minggu, 24 Mei 2015
Banyak Pelaku Kejahatan, Menara Eiffel Tak Semenarik di Film
Menara Eiffel (Foto: Pinterest)

MerahPutih Budaya - Dua insan muda-mudi, Adit dan Tita, saling pandang. Langit telah menghitam. Adit memegang bahu Tita. Keduanya saling mengupas mata. Saling memeluk tatapan, menghangatkan apa yang hendak mereka lakukan.

Seketika itu, lelaki yang berambut cepak itu mencium kening Tita. "Aku cinta kamu," begitu terlontar tutur kata dari mulut Adit.

Tita seakan mematung. Di belakang mereka secuil dua cuil tampak orang berlalu lalang. Tak sampai hitungan satu menit, Adit mendaratkan bibirnya ke bibir Tita. Wanita belasan tahun itu seakan kaku, menerima daratan bibir Adit.

Sorotan layar pun berputar. Menunjukkan di belakang mereka berdua berdiri menara Eifffel. "Malam itu adalah malam paling romantis dalam masa remaja gue," begitu Tita menutup kisah, di ujung film Eiffel I'm in Love.

Penggalan kisah dua sejoli remaja itu mendapat respon tinggi dari remaja di Indoneesia. Entah itu wanitanya maupun lelakinya. Eiffel dianggap tempat yang paling romantis untuk memadu percintaan.

Pandangan tentang menara di Prancis itu hingga kini berkeliaran di tengah tutur mulut ke mulut masyarakat. "Eiffel adalah tempat teromantis yang gue tahu di dunia ini," tutur salah seorang lelaki kepada Merahputih.com, beberapa waktu lalu.


Tak Seindah dan Tak Seaman yang Dikira


Sekuel film Eiffel I'm in Love di atas tentu berdampak bagi cara pandang masyarakat, khususnya remaja Indonesia. Apalagi bukan cuma satu film semata yang menggunakan latar menara tersebut. Satu film lainnya ialah 99 Cahaya di Langit Eropa, sebuah film yang diadaptasi dari novel.

Ada banyak gambaran positif terhadap Eiffel. Selain "tempat romantis" tadi, Eiffel dianggap "tempat terindah di Eropa," "tempat terdamai di Prancis," "tempat ternyaman," hingga "tempat paling bebas."

Salah seorang pekerja di Indonesia, Danang, tahun lalu melakukan perjalanan dinasnya ke beberapa negara di Eropa. Di antaranya Belanda, Swiss, dan Prancis. "Di Prancis tak seperti apa yang kita bayangkanlah. Apalagi daerah Eiffelnya," kata Danang mengisahkan perjalanannya di Prancis kepada Merahputih.com, belum lama ini, di Yogyakarta.

Perjalanannya ke beberapa negara Eropa tersebut untuk memenuhi tugas dinasnya. Dia mengadakan rapat maupun sekadar pertemuan santai dengan orang-orang di tiga negara tersebut. Di Eropa, dia menghabiskan waktu selama satu pekan lebih. Meski waktu mendatang, di menyatakan, bukan tidak mungkin akan kembali lagi ke Eropa untuk memenuhi tugas rapat dari kantornya.

Di sela-sela perjalanan dinas, dia melakukan perjalanan. Menghabiskan waktu luang atau sekadar mengamati perilaku orang-orang Eropa. Mungkin kemampuan pengamatannya tersebut merupakan hasil ilmu yang ia dapat selama menempuh perkuliahan di bidang humaniora di salah satu perguruan tinggi negeri Bandung.

Dia menuturkan, di Eiffel orang-orang terlalu bebas melakukan tindakan-tindakan asusila. Di sudut-sudut terdapat pasangan saling berpelukan, ciuman, hingga perbuatan tak senonoh.
Pun perbuatan kriminal, seperti pencurian. Orang-orang sangat saling mencurigai. "Udah kayak terminal di sini sih. Karena di sana kan banyak orang-orang miskinnya juga, ketimpangan sosial tinggi karena banyak pendatang atau semacam imigrannya di sana," imbuhnya.

Danang menjelaskan, tempat sekitaran menara Eiffel tak seaman yang dikira. "Jadi jangan lu kira aman, apalagi nyaman bagi orang timur kayak kita," katanya menilai.

Kisah pekerja di LSM itu selayaknya apa yang terjadi terhadap Eiffel beberapa hari ini. Media-media di Eropa menyatakan kawasan menara Eiffel ditutup sementara waktu, sejak Jumat (22/5). Musababnya, pencopet telah melampaui batas.

Seorang wartawan AFP memaparkan bahwa dirinya pernah diancam akan dibunuh apabila ia mengganggu kawanan pencopet. Hal itu terjadi ketika sang pekerja "kuli tinta" itu mengejar-ngejar sekawanan copet di komplek menara Eiffel. Demikian pernyataan BBC.

Selayaknya pernyataan tokoh sastrawan, fiksi hanyalah karya keindahan. Demikian halnya karya sebuah film, hanya rekayasa keindahan yang memengaruhi alam pikiran. Kawasan menara Eiffel di film pun sesuangguhnya tak seindah dan tak seaman yang dikira berdasarkan film semata. Masih percaya bahwa Eiffel itu tempat romantis? (fre)

Baca Juga:

Jadi Sarang Copet, Menara Eiffel Ditutup

Google Peringati 126 Tahun Menara Eiffel

#Tempat Romantis
Bagikan
Ditulis Oleh

Fredy Wansyah

Bagikan