Ban, Polusi Plastik yang Sangat Berbahaya bagi Hewan laut


Kepingan ban jadi pencemar lingkungan. (foto: pixabay/pexels)
BAN juga memegang andil besar dalam polusi plastik di laut kita. National Geographic menyebut ban sesungguhnya merupakan polusi plastik yang paling umum di Bumi.
Meskipun terbuat dari karet alami dan plastik, menurut Pieter Jan Kole dari The Open University of The Netherlands, tidak ada alternatif untuk polusi ban. "Ban yang aus merupakan sumber mikroplastik yang tersembunyi di lingkungan," ungkap Kole.
BACA JUGA: Sering Tertawa Bisa Memperpanjang Umur
1. Kepingan ban menjadi mikroplastik

Polusi plastik yang ada pada lautan sudah tidak bisa lagi dikembalikan seperti dulu kala. Akibat cuaca, ombak, dan seiring berjalannya waktu, plastik tersebut telah terpecah menjadi partikel-partikel kecil yang dinamakan mikroplastik.
Partikel plastik beracun yang tidak bisa dibersihkan dari laut ini memiliki ukuran sempurna yang mirip dengan plankton sehingga para hewan laut berpotensi tinggi untuk mengonsumsi mikroplastik ini. Seperti dilansir Surfrider.com, jumlah mikroplastik di laut sudah sangat jauh melebihi jumlah plankton, yaitu 6:1.
John Weinstein, seorang biologis, dan rekannya, seperti dikutip National Geographic, pergi untuk meneliti mikroplastik yang ada di berbagai lingkungan. Segala sampah yang mereka kumpulkan berasal dari bahan yang bisa diantisipasi dan diidentifikasi, tetapi sebagian besar partikel berwarna hitam, berbentung tabung dan mikroskopis, serta memanjang seperti cerutu. Setelah dibandingkan, ternyata itu merupakan ban yang sudah aus.
2. Bagaimana ban bisa terbelah berkeping-keping?

Karena menjadi pegangan kendaraan dalam menghadapi berbagai jenis jalanan, sembari menyetir, sebagian kecil ban mobil kita semakin lama akan terpotong karena abrasi. Sekalinya partikel kecil itu sampai ke sungai atau lain, mereka akan menjadi partikel yang saru bagi para hewan laut.
Penelitian yang dilakukan Weinstein menyimpulkan bahwa banyak udang yang mengonsumsi partikel ban ini yang mana akan terjebak insang mereka. Setelah dicerna, partikel akan mengembang di dalam perut udang dan mengembang. "Itu tidak akan langsung membuat mereka mati, tetapi akan ada efek kronis jangka panjang yang belum diteliti," ungkap Weinstein.
3. Sebanyak 28% mikroplastik di laut berasal dari ban

International Union for Conservation of Nature melaporkan bahwa 28% mikroplastik yang ada di laut berasal dari serpihan ban. Meskipun ban terbuat dari pohon karet, tapi seiring dengan perkembangan zaman, harga mobil menjadi semakin murah dan semakin banyak penggunanya.
Gavin Whitmore, perwakilan dari perusahaan ban Tire Industry Project mengatakan bahwa partikel ban dan berbagai partikel yang ada di jalanan akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan juga lingkungan.(shn)