Artis "Tuyul dan Mbak Yul" Hidup Telantar
Sinetron Tuyul dan Mbak Yul (Foto: Youtube)
MerahPutih Celeb- Hidup bagaikan roda. Dalam bait ayat suci juga menyatakan, "Jangan kita anggap remeh teman atau musuh, karena kelak dia bisa saja lebih tinggi derajatnya." Begitu dua tautan kata yang memaknai ihwal fluktuasi kehidupan.
Seperti ungkapan tersebut, seorang artis sinema elektronik (sinetron) Tuyul dan Mbak Yul, Bambang Triyono "Kenthung" kini dikabarkan hidup telantar sebatang kara di kamar kos-kosan di RT 5 RW 15, Ngangkruk, Sardonoharjo, Sleman, Yogyakarta. Makan pun ia sangat susah, menunggu belas kasih warga dan secuil rezeki dari anaknya yang hanya berprofesi sebagai pencuci piring di warung.
"Pada tanggal 24 Desember 2014, saya bertemu dengan dia. Bukan dalam kapasitas penggemar dengan artis, tetapi antara seorang pekerja sosial dari Dinsos DIY dengan seorang calon klien. Lansia terlantar," tulis Feriawan Agung Nugroho, seorang pekerja Dinas Sosial Yogyakarta, seperti dikutip dari laman facebooknya pada Rabu (1/4).
Feriawan mendapati ruangan si Kenthung berbau tak sedap. Barang-barang berantakan. Si Kenthung tetap ramah kepada tamu yang datang ke kamar yang berukuran kecil itu. (Baca: Bunga Citra Lestari Dapat Penghargaan Wanita Paling Ekspresif)
Bambang pun berkisah, dahulu hidupnya mewah. Ibarat kata, keringat pun lebih mahal dari setumpuk uang. Gaya hidupnya foya-foya, kerap mabuk dengan sesama artis lainnya. Tak ada pikiran tentang masa depan. Setelah menikah, barulah ia sadar tentang masa depan. Namun, karier dunia artisnya mulai redup. Nasi telah menjadi bubur. Hingga akhirnya kesadaran itu mulai utuh ketika anak semata wayangnya mulai memasuki usia sekolah. Aliran uang dari keartisannya mulai benar-benar redup. Pada tahun 2011 istrinya minta cerai. Semakin redup pula hidupnya. Setahun kemudian ia luntang-lantung mengais rupiah. Dari menjadi peramal jalanan hingga tukang pijat. Dari satu tempat ke tempat lainnya. Seiring bertambahnya usia, ia tak mampu lagi banyak bergerak. Akhirnya, kos-kosan di Sleman jadi tempat berteduhnya sekaligus menunggu iba warga. (fre)