Transjakarta Targetkan 400 Juta Pelanggan di 2025, Siapkan Fase Smart Mobility untuk Jakarta

Selasa, 04 November 2025 - Ananda Dimas Prasetya

MerahPutih.com - PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) mencatat lonjakan signifikan jumlah pelanggan yang kini telah melampaui capaian sebelum pandemi COVID-19. Perusahaan menargetkan pada tahun ini dapat melayani lebih dari 400 juta pelanggan.

Direktur Utama PT Transjakarta Welfizon Yuza mengungkapkan hal tersebut dalam forum Balkoters Talk bertajuk “Smart Mobility: Evolusi Transjakarta untuk Jakarta 5 Abad” di Pressroom Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (4/11).

“Kalau tahun lalu kami melayani 372 juta pelanggan, tahun ini targetnya tembus di atas 400 juta. Sampai triwulan ketiga sudah 298 juta pelanggan. Kami optimistis capai target,” ujar Welfizon.

Baca juga:

Subsidi TransJakarta Bikin Pemprov DKI Boncos, Tarif Baru Sedang Dikaji

Welfizon menegaskan, Transjakarta kini tengah bersiap memasuki fase smart mobility — sistem transportasi publik terintegrasi, berbasis teknologi, dan berorientasi pada warga.

“Kita sudah tidak lagi bicara sekadar busway, tapi bagaimana layanan ini menjadi bagian dari kota cerdas, di mana warga adalah pusatnya. Karena Transjakarta ini bukan hanya customer centric, tapi citizen centric,” tegasnya.

Menurutnya, arah transformasi ini akan menjadi fondasi penting bagi Jakarta sebagai kota global, khususnya dalam menyongsong usia lima abad pada 2027 mendatang.

“Transportasi publik yang inklusif, cerdas, dan berkelanjutan adalah tulang punggung kota, dan itulah yang kami siapkan untuk Jakarta lima abad,” kata Welfizon.

Selain berfokus pada transportasi publik, Transjakarta kini juga mendukung pariwisata perkotaan (urban tourism) melalui layanan open top tour bus.

“Kalau ke London naik bus tingkat jadi pengalaman, ke Paris dan Bangkok juga begitu. Sudah saatnya orang datang ke Jakarta karena ingin menikmati kotanya. Dan Transjakarta siap jadi wajahnya,” ujar Welfizon.

Baca juga:

Kenaikan Tarif Transjakarta Jangan Beratkan Warga, DPRD Minta Audit Efisiensi Terlebih Dahulu

Welfizon menjelaskan, perubahan besar Transjakarta dimulai sejak 2015, ketika lembaga tersebut bertransformasi dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) menjadi Perseroan Terbatas (PT).

“Kalau dulu itu operasional driven, jadi layanan didorong dari sisi operasional. Tapi sejak tahun 2016, kami ubah polanya bukan didorong dari sisi operasional, tapi ditarik dari sisi customer,” jelasnya.

Ia menyebut transformasi budaya pelayanan dimulai dari cara pandang perusahaan terhadap pengguna jasa.

“Dulu yang naik Transjakarta disebut penumpang, tapi menurut KBBI, penumpang itu ‘numpang’, ‘nebeng’. Istilah itu kami ubah karena terkesan kurang baik. Sekarang mereka disebut pelanggan,” ujarnya.

Perubahan paradigma tersebut mengubah seluruh orientasi internal Transjakarta. Kini, rapat operasional harian tidak lagi berfokus pada jumlah bus yang beroperasi, melainkan pada berapa banyak pelanggan yang dilayani.

Baca juga:

Penyesuaian Tarif Transjakarta Diperlukan, Dishub DKI: Belum Ada Kenaikan, Menunggu Surat Gubernur

Dengan paradigma baru itu, layanan Transjakarta terus berkembang pesat. Hingga kini, jangkauan layanannya telah mencapai 91,8 persen wilayah Jakarta, atau setara dengan akses bagi 9 dari 10 warga ibu kota untuk menjangkau halte Transjakarta.

“Jadi 9 dari 10 warga Jakarta jalan kaki 5–10 menit ke arah mana pun pasti ketemu halte atau bus stop,” kata Welfizon.

Transformasi ini, tambahnya, bukan sekadar perubahan istilah, melainkan perubahan paradigma besar di tubuh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang kini menjadi tulang punggung transportasi publik Jakarta. (Asp)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan