Tragedi Tampomas II, Tenggelam Bersama Cerita Tak Terungkap

Kamis, 27 Januari 2022 - P Suryo R

TRAGEDI tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tampomas II menjadi kecelakaan laut terbesar dalam sejarah transportasi di Indonesia. Tampomas II tenggelam di Laut Jawa ketika tengah berlayar dari Jakarta menuju Ujung Pandang (Makassar) pada 27 Januari 1981. Tragedi itu dituangkan melalui lagu Celoteh Camar Tolol dan Cemar (Iwan Fals) dan Sebuah Tragedi 1981 (Ebiet G. Ade). Kepiluan terekam dalam dua lagu itu.

Baca Juga:

Kawasan Wisata Mawatu, Destinasi Wisata di Labuan Bajo

Terbakarnya KMP Tampomas II menelan korban 431 orang tewas, 143 jenazah ditemukan dan 288 hilang, konon terjebak dalam kapal. Sebanyak 753 penumpang berhasil diselamatkan. Namun kabar yang beredar kala itu, korban tewas 666 orang. Daftar manifestKMP Tampomas II saat perjalanan naas itu membawa 1.055 penumpang, 82 kru dan 200 mobil, motor, dan mesin giling jalanan. Kapal mulai terbakar 25 Januari pukul 20.00 WIB dekat Kepulauan Masalembo. Kapal Sangihe pertama yang melihat kepulauan asap dan mengirimkan SOS pukul 08.15 WIB. Kapal Ilmamui bergabung tak berapa lama, empat jam setelahnya disusul kapal milik Pertamina, Palace VI, kapal milik PT. Porodisa Line, KM Sengata, dan Kapal Adhiguna Karunia, melakukan evakuasi. Ketika kecelakaan terjadi, sekoci penyelamat hanya ada enam unit.

kapal
Tampomas II yang terbakar dan tenggelam di dekat Kepualaun Masalembo. (Foto: boombastis)

Sebelum berlayar terakhir kalinya, kapal produksi Mitsubishi Heavy Industry dengan nama Central No. 6 tahun 1971, yang sejak awal pembeliannya sudah bermasalah ini, mengalami kerusakan salah satu mesinnya. Tampomas II pernah ditinjau anggota DPR dan beberapa jurnalis sekitar Juni 1980. Umur kapal dianggap tua dan sudah tidak layak karena masalah mesin yang mati berulang kali dan kelistrikan. Tampomas II masuk Indonesia hasil pembelian PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (PANN) dari Comodo Marine Co. SA seharga USD 8,3 juta (kurs saat ini sekitar Rp118 miliar), padahal ditawarkan ke perkapalan lainnya hanya USD 3,6 juta atau saat ini setara Rp51 miliar. Dari PT PANN kemudian dibeli BUMN PT Pelni dengan perjanjian kontrak lease sepuluh tahun, hingga akhirnya tenggelam setelah terbakar di atas lautan selama hampir tiga hari. (psr)

Baca Juga:

Likupang Punya Daya Tarik Potensial Bagi Para Wisatawan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan