SOS: Sanksi FIFA adalah Strategi Firehouse of Falsehood Ala PSSI

Kamis, 07 Februari 2019 - Andika Pratama

MerahPutih.com - Kinerja cepat Satgas Antimafia Bola dalam mengungkap kasus pengaturan skor membuat PSSI kalang kabut. Melalui Komite Adhoc Integritas yang dipimpin Ahmad Riyadh dan Azwan Karim, PSSI malah mengalihkan isu.

Mereka menggunakan strategi lama: menakuti publik dengan sebutan intervensi yang diarahkan ke sanksi FIFA. Cara yang digunakan sejak era Nurdin Halid, Djohar Arifin Husen, La Nyalla Mattalitti, dan pasca mundurnya Edy Rahmayadi.

Logo PSSI

Bahasa yang lagi ngetren saat ini diistilahkan Firehouse of Falsehood Teori membakar rumah yang membuat semua ketakutan. Berharap satgas anti mafia bola yang dipimpin Hendro Pandowo dan Krishnamurti menghentikan investigasinya terkait mafia bola yang mulai menyentuh tokoh-tokoh sentral.

Firehouse of Falsehood adalah teknik propaganda dengan 2 karakteristik: adanya informasi dengan intensitas tinggi; dan penyebaran informasi yang sebagian benar, atau bahkan fiksi. Firehose of Falsehood mempunyai 4 strategi utama.

1. Kontroversi dan provokasi yang massif dengan sumber berita beragam,
2. Repetisi pesan yang cepat dan konsisten,
3. Mengabaikan data dan fakta dan
4. Isi pesan yang inkonsisten atas substansi.

Ada informasi yang dihilangkan selama ini. Saat PSSI di banned FIFA pada 2015 itu bukan karena intervensi. Tapi, atas pengaduan dan permintaan PSSI sendiri. Silakan tela'ah sanksi banned FIFA yang dijatuhkan ke sejumlah negara.

Semua diawali dari pengaduan dan permintaan federasi yang bersangkutan. Nah, untuk yang dilakukan Satgas Anti mafia bola sangat sulit mengarahkan ke intervensi. Maklum, polisi tak masuk ke ranah football family, tapi ke hukum pidana yang harus ditegakkan. FIFA sudah mengalaminya di era Sepp Blatter saat banyak kasus korupsi yang terjadi. Jadi, ini propaganda saja.

Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali

Penggeledahan yang dilakukan satgas ke kantor PSSI bukan hal baru. Pada medio Juli 2017, kepolisian Spanyol menyerbu markas federasi Spanyol. Angel Maria Villar dan putranya ditahan karena terbukti korupsi.

Dua bulan sebelumnya polisi menggeledah markas federasi Ceko dan menahan Miroslav Pelta. Juga menyambangi markas FC Jablonec, klub milik Pelta. Tidak ada satu pun berujung sanksi.

"Jadi, masifnya ancaman sanksi FIFA adalah untuk menakut-nakuti publik sepakbola Indonesia saja yang fobia terhadap kata intervensi," kata Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali dalam rilisnya kepada MerahPutih.com, Kamis (7/2). (*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan