Peritel Fesyen Global Berburu Desain Berani di Milan Fashion Week 2024

Rabu, 21 Februari 2024 - Hendaru Tri Hanggoro

MerahPutih.com - Milan Fashion Week resmi bergulir sejak 20 Februari 2024, menyusul berakhirnya New York Fashion Week dan London Week Fashion Week akhir bulan dan awal bulan ini. Event fesyen bergengsi ini akan berlangsung hingga 26 Februari.

Rumah mode sohor seperti Giorgio Armani, Dolce & Gabbana, dan Versace turut serta dalam Milan Fashion Week.

Para peritel fesyen global mengarahkan mata mereka tajam-tajam ke gelaran ini, berharap dapat menemukan desain-desain yang mencolok dan menarik perhatian untuk musim gugur 2024.

Selama ini, tren pasar fesyen didominasi oleh 'quiet luxury' yang ditandai oleh unsur-unsur elegan, tapi tetap sederhana. Fokus peritel ke tren ini disebabkan oleh menurunnya permintaan barang mewah global setelah pandemi.

Firma konsultasi Bain memperkirakan 'skenario yang mungkin terjadi', yaitu pertumbuhan penjualan sebesar 1% hingga 4% tahun ini.

"Setelah masa fokus pada klasikisme dan kesederhanaan, pada apa yang disebut 'quiet luxury' dan produk-produk tak lekang waktu, saya harap akan ada perpindahan menuju kreativitas yang lebih nyata," kata Federica Montelli, konsultan mode dan mantan kepala mode di toko serba ada kelas atas Italia, Rinascente, seperti dikutip reuters.com (21/2).

Baca juga:

Onitsuka Tiger, Hadirkan Koleksi Kontemporer di Milan Fashion Week

Kadin Italia untuk fesyen mengatakan acara tahun ini diperkirakan akan menarik lebih banyak pembeli internasional dibandingkan sebelum pandemi, tapi mereka tidak memberikan angka pastinya.

Salah satu peritel fesyen di gelaran ini adalah Bosse Myhr, direktur pakaian perempuan di jaringan department store mewah Inggris Selfridges.

Myhr mengatakan dia berharap melihat kesempatan mendapatkan 'buruannya' dari desainer Belgia Glenn Martens, yang bekerja di rumah mode Diesel.

Merek streetwear Italia ini menjual jaket denim berkilau seharga US 995 dolar (Rp 14,8 juta) dan celana bootcut kulit stretch seharga US 950 dolar (Rp 14,8 juta).

Beberapa peritel fesyen memperketat pengeluaran mereka untuk barang-barang mewah di tengah perlambatan ekonomi dan kenaikan harga. Contohnya Federico Giglio, kepala eksekutif Giglio.com, peritel pakaian kelas atas dari Versace dan Valentino yang berbasis di Italia.

“Yang kami harapkan dari para desainer adalah menghadirkan sesuatu yang baru, yang dapat memotivasi masyarakat untuk berbelanja,” kata Giglio.

Penelitian Bank of America menyebut 'quiet luxury' masih akan mendominasi tren fesyen.

"Kami percaya bahwa sepanjang tahun rumah mode harus fokus kembali pada konten dan kebaruan untuk menarik kembali pelanggan dan meningkatkan transaksi," tulis laporan tersebut. (dru)

Baca juga:

Nafa Salvana, dari Warung Pecel Lele hingga Runway Milan Fashion Week

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan