Profesi Paling Sering 'Minta Maaf', dari Kasir Minimarket sampai Polantas

Kamis, 06 Mei 2021 - Yudi Anugrah Nugroho

ANTREAN tiba, sepeda motor didorong maju tepat di hadapan moncong putih pengisi bahan bakar, standar dipasang, jok disibak, katup penutup tangki dibuka. Di seberang, operator pengisian bahan bakar membuka sapa. "Mohon maaf, dari nol. Mau isi berapa, Pak?" tanyanya sambil menunjuk penampang hitung digital.

"30 ribu aja, Mas".

"Siaapp, Pak," jawabanya singkat sembari mengisi pertalite ke tangki sepeda motor.

Baca juga:

Kepergok Beli Barang Mahal? Dijamin Ampuh Minta Maaf Pakai Cara Ini!

Dari antrean depan hingga dua kendaraan di belakang, operator tersebut sering membuka omongan dengan menggunakan kata maaf.

Bensin
Kata maaf paling sering disebutkan petugas bensin. (Pixabay-Skitterphoto)

Ia tidak melakukan kesalahan. Kerjanya sesuai prosedur. Tak lalai sama sekali. Namun, mengapa harus minta maaf? Jika dihitung kasar dalam sehari, satu operator bekerja delapan jam dengan rerata satu jam terdapat 6 pengendara jika dipukul rata satu pengisian sekira 10 menit, berarti ada 48 konsumen sehingga lahir 48 kata maaf tercetus.

Tak pernah tahu sejak kapan operator di setiap pompa pengisian bensin menggunakan kata maaf untuk meminta izin atau sebatas membuka percakapan.

Bisa jadi biang keladinya memang kebiasaan orang Indonesia menggunakan kata maaf untuk meminta izin memulai sesuatu. Maka, bukan sebuah keanehan bila norma umum tersebut berlaku di dunia kerja.

Di tempat berbeda, misalnya, kasir minimarket di dua merek terbesar dan tersebar luas tersebut juga akrab berkata maaf. "Maaf, kembalian 200 rupiahnya mau disumbangkan atau dikembalikan?". Apa kasir tersebut melakukan kesalah sehingga perlu minta maaf? Tentu tidak.

Kasir
Kasir minimarket juga sering menggunakan kata maaf. (Unsplash-Fiqri Aziz Octavian)

"Maaf Pak, barangnya lagi habis. Belum datang lagi," terang pertugas minimarket begitu ditanya berkiat ketersediaan barang.

Sejurus pula di warung-warung, para penjual biasa meminta maaf bila kembalikan uang percahan kecil tidak tersedia. "Maaf enggak ada recehan. Mau ambil permen, mecin, atau lada?".

Baca juga:

Bikin Rindu Masa Kecil, Cara Bocil Minta Maaf

Bisa jadi memang kata maaf tak hanya berfungsi sebagai kata sifat tapi bertujuan sebagai fungsi fatis. Di dalam komunikasi sehari-hari, menurut Harimurti Kridalaksana pada Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, fungsi fatis merupakan istilah untuk menamai suatu kategori kata dengan tugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara penutur dan mitra tutur.

Polisi
Polisi lalu lintas saat menilang pun masih sering menggunakan kata maaf. (Unsplash-Tusik Only)

Belum lagi petugas kemanan di rumah sakit. Petugas keamanan di pintu masuk tentu akan sering mengucap kata maaf sebelum menodong thermo gun tepat di kepala tamu. Misal ada tiga shift petugas keamanan ditambah jumlah tamu dalam sehari. Ah hitung sendiri lah. Maaf, saya bukan petugas cacah. Ngerti kan!

Dalam kasus di atas, kata maaf memiliki peran sebagai fungsi fatis basa-basi murni untuk memulai percakapan. Kehadiran kata maaf pada akhirnya di dalam komuikasi tersebut memang sebatas basa-basi meminta izin melakukan sesuatu.

Bahkan, anehnya lagi, saat polisi lalu-lintas akan melakukan tilang kendaraan, meski jelas-jelas pengendara melakukan pelanggaran kasat mata, seperti tidak memakai helm, melawan arus, dan lainnya, petugas justru memulai pembicaraan lagi-lagi menggunakan kata maaf. "Maaf, boleh diperlihatkan surat-suratnya". (Ica)

Baca juga:

Sama-Sama Untung, Meminta dan Menerima Maaf Beri Manfaat

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan