Observatorium Bosscha, Berawal dari Mimpi Seorang Belanda Kelahiran Madiun
Kamis, 22 November 2018 -
JALAN-JALAN ke Kota Bandung enggak melulu urusan makan dan belanja baju di factory outlet. Ada juga lo destinasi sejarah dan edukasi di 'Kota Kembang'. Sayang banget deh kalau kamu melewatkannya.
Salah satu destinasi yang wajib kamu datangi ialah Observatorium Bosscha. Objek wisata ini berada di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Buat kamu yang pelajar atau punya minat akan ilmu astronomi, Observatorium Bosscha jadi tempat wajib untuk dikunjungi. Di sini, kamu bisa berwisata sambil belajar mengenai keantariksaan.
Observatorium Bosscha merupakan lembaga riset yang berada di bawah naungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (FMIPA ITB). Hingga saat ini, Observatorium Bosscha merupakan observatorium terbesar di Indonesia.
1. Dibangun Perhimpunan Pengamat Bintang Hindia Belanda pada 1923

Obervatorium Bosscha merupakan lembaga khusus untuk pendidikan dan penelitian. Namun, banyaknya permintaan untuk mengenal lebih jauh terkait astronomi membuat pihak observatorium dibuka untuk umum.
Kepada Antara, Kepala Staf Informasi Bosscha Denny Mandey menceritakan, Bosscha dibangun oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging atau Perhimpunan Pengamat Bintang Hindia Belanda pada 1923 dengan tujuan untuk memajukan ilmu astronomi di Hindia Belanda.
2. Berawal dari mimpi seorang Belanda kelahiran Madiun

Mulanya, astronom berkebangsaan Belanda kelahiran Madiun, Dr J Voute bermimpi bisa membangun pusat penelitian antariksa di Pulau Jawa. Nasib baik mengantarkan padanya bertemu dengan Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang tuan kebun Malabar. Voute kemudian menceritakan kepada Bosscha tentang mimpinya membangun pusat pengamatan dan penelitian astronomi.
Bak gayung bersambut, Bosscha yang juga memiliki ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan menyambut baik mimpi Voute. Pada 1923, KAR Bosscha menjadi perintis sekaligus penyandang dana pembangunan observatorium. Kemudian Bosscha dan kolega-koleganya mulai mengusahakan pembelian Teleskop Refraktor Ganda Zeiss dan Teleskop Refraktor Bamberg.
3. Dibangung oleh guru Bung Karno di Technische Hoogeschool te Bandoeng

Pembangunan observatorium diselesaikan tahun 1928 dengan rancangan arsitek K CP Wolf Schoemacher yang juga merupakan guru Presiden Sukarno saat di Technische Hoogeschool te Bandoeng (Institut Teknologi Bandung).
Denny menuturkan, pembangunan observatorium dikerjakan secara cermat dan matang dengan memperhatikan perhitungan geometrik patahan Lembang.
"Karena Lembang merupakan kawasan rawan gempa, sehingga dalam menentukan lokasinya pun merujuk pada peta geologi. Dan lokasi Bosscha berada persis di tepi patahan Lembang. Bukit ini terdiri dari batu cadas yang dilipisi tanah jadi cenderung lebih stabil," kata dia.
Kini di usia 90 tahun berdirinya, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah pada 2004. Oleh karena itu, keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu objek vital nasional yang harus diamankan. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Pengkang Lemper ala Kalimantan Barat Super Enak