Gimana Mendeteksi Maaf Ada Embel-Embelnya? Cek Konjungsinya!

Senin, 24 Mei 2021 - Andreas Pranatalta

"BRO, gue minta maaf, tapi lu duluan sih ngegas. Kan gue cuma bercanda”. Sering mendengar kalimat seperti itu? Selamat, kemungkinan besar ia akan berbuat kesalahan lagi. Mengapa? Lihat saja tuturannya ada embel-embel 'kalau' setelah ungkapan maaf. Kalau mau minta maaf kayaknya enggak perlu pakai embel-embel pamer, ungkit kesalahan, dan pakai syarat. Minta maaf aja dengan tulus. Kok repot!

Baca juga:

Minta Maaf Laiknya Tom and Jerry Demi Show Off di Depan Orang Tua

Banyak orang berbuat kesalahan dan meminta maaf. Namun, seberapa banyak sih meminta maaf secara tulus, bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban meminta maaf. Meminta maaf bukan sebatas ungkapan. Perlu ada perlakuan khusus karena sudah melukai hati orang lain. Rangkaian kata-kata digunakan juga harus berhati-hati, jangan sampai malah menambah rentetan dosa.

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang meminta maaf menjadi perbuatan sulit dilakukan mungkin karena gengsi atau amarah masih meninggi, namun memaafkan orang lain juga tak kalah berat. Kenapa? Mungkin karena sudah terlanjur jengkel dan kesal sehingga sulit memaafkan. Namun, ada juga cuma sekadar memaafkan padahal dalam hati belum sepenuhnya ikhlas.

Psikolog Harriet Lerner, mengutip Psychology Today, ada cara terbaik mengetahui seseorang meminta maaf dengan tulus atau tidak.

Minta Maaf Tapi Ada Konjungsinya, Tulus Enggak Sih?
Tidak pelru ada konjungsi. (Foto: Pixabay/ITECHirfan)

Pertama, menyelipkan kata penghubung tapi. "Aku minta maaf, tapi,..". Ketika muncul kata 'tapi' permintaan maaf jadi terkesan terpaksa. Bisa jadi malah enggak ikhlas. Di depan ucapan padahal sudah enak meminta maaf atas silap perbuatan, ternyata masih terselip kata 'tapi' sebagai bentuk pembenaran secara halus perbuatan tersebut.

Konjungsi, menurut Abdul Chaer pada Morfologi Bahasa Indonesia, merupakan kata-kata menghubungkan satuan sintaksis, antarkata, antarfrase, antarklausa, atau antarkalimat.

Secara umum konjungsi terdiri atas intrakalimat dan antarkalimat. Intrakalimat menghubungkan entitas kebahasaan di dalam sebuah kalimat. Sementara, antarkalimat menhubungkan entitas kalimat kebahasaan di dalam kalimat dengan entitas bahasa di luar kalimat.

Pada kasus minta maaf ada embel-embelnya, kebanyakan penutur menggunakan konjungsi koordinatif menyatakan pertentangan, bisa intrakalimat maupun antarkalimat.

Konjungsi koordinatif menyatakan pertentangan menghubungkan dua bagian kalimat (kata dan kata, frase dan frase, klausa dan klausa) dengan kedudukan setara dan bermakna pertentangan, dengan anggota konjungsi meliputi tetapi, namun, sedangkan, dan sebaliknya.

Konjungsi tetapi merupakan pertentangan atau kebalikan dari konsep pada klausa sebelumnya, jadi tidak bisa menduduki posisi awal kalimat.

Ragam lain sering digunakan saat minta maaf ada maunya dengan menggunakan konungsi namun. Biasanya konjungsi 'namun' digunakan pada ragam bahasa tulis. "Beib, maaf banget kemarin aku telat jemput lima jam. Namun, kamu perlu tahu pengorbananku sampai telat lama banget gara-gara aku ketiduran mimpi lari pagi dikejar Tyrex capek banget". Jelas, permintaan tersebut masih ada embel pembenaran ketika konjungsi 'namun' muncul.Konjungsi namun digunakan untuk menghubungkan menyatakan pertentangan anatra dua buah kalimat.

Selain itu, ada pula ragam konjungsi 'sedangkan' pada kebiasaan modus maaf ada embel-embelnya. "Aku benar-benar minta maaf, tolong maafkan kesalahanku. Memang aku penuh dosa, sedangkan kamu suci". Konjungsi sedangkan digunakan menghubungkan pertentangan antara dua bagia kalimat setara seperti pada contoh di tersebut.

Baca juga:

Minta Maaf Saat Halalbihalal Sekalian Pamer Barang Baru Biar Apa Sih?

Terkahir, konjungsi paling sering digunakan pada kasus minta maaf ada embel-embelnya sudah pasti 'sebaliknya'. Konjungsi sebaliknya digunakan menghubungkan klausa pertam dan klausa kedua nan saling bertentangan. "Maaf banget sayang, kemarin aku marah-marah enggak jelas. Abis kamu kalau di depan teman kantor baiknya bukan main, sebaliknya pas sama aku berdua kayak patung".

Jadi, perlu diperhatikan konjungsi dari ucapan atau tulisan permintaan maaf seseorang. Ketika ada konjungsi koordinatif menyatakan pertentangan sebaiknya kamu sudah pasang alarm kalau maaf tersebut ada embel-embelnya alias enggak tulus.

Paling menjengkelkan lagi, sudah minta maaf tapi merasa tidak bersalah. Lagi-lagi hampir pasti permintaan maafnya menggunakan konjungsi koordinatif menyatakan pertentangan.

Minta Maaf Tapi Ada Konjungsinya, Tulus Enggak Sih?
Tunjukkan bahwa kita benar-benar tulus. (Foto: Unsplash/Kulli Kittus)


Semakin panjang kamu menjelaskan permohonan maaf, peluang untuk menyalahkan balik orang lain juga semakin besar. Enggak etis aja gitu kalo setelah minta maaf kamu malah membela diri atas kesalahanmu. Perlu dicatat, memang benar kalau minta maaf enggak kenal kata terlambat, namun secara realita, permohonan maaf ada batas toleransi waktu sehingga bisa jadi kalau kelamaan malahan udah ilang feeling. Bukannya memafkan malah jadi dendam.

Ingat, minta maaf saja enggak cukup. Perlu diiringi perbuatan dan perubahan supaya orang tersebut bisa melihat ketulusan maaf. Enggak cuma ngomong minta maaf saja, tapi benar-benar tidak mengulanginya lagi. (and)

Baca juga:

Menyulap Acara Perpisahan Sekolah Menjadi Ajang Maaf-Maafan Para Murid

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan