Sukses Luncurkan Produksi BAIC BJ40 Plus, Founder JIO Dorong Kebijakan Mobil Hybrid Bebas dari Ganjil Genap

Senin, 02 Juni 2025 - Ananda Dimas Prasetya

MerahPutih.com - Founder PT JHL International Otomotif (JIO), Jerry Hermawan Lo, baru saja meresmikan produksi kendaraan BAIC BJ40 Plus yang dirakit di fasilitas PT Handal Indonesia Motor (PT HIM) di Purwakarta, Jawa Barat.

PT JHL International Otomotif (JIO) merupakan pemegang merek BAIC di Tanah Air. BAIC BJ40 Plus merupakan mobil model hybrid. Hybrid itu jenis kendaraan yang menggunakan dua sumber energi, yaitu mesin bensin atau diesel dan motor listrik.

Lantas bos JIO itu mengusulkan kepada pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, agar kendaraan roda empat dengan teknologi hybrid bisa bebas dari aturan ganjil genap.

"Untuk bapak-bapak instansi dari kementerian perdagangan otomotif dan engine juga kami ada sedikit usul. Pak Kalau bisa mobil hybrid juga dihilangkan ganjil genapnya, dikasih biru seperti mobil listrik. Supaya ada daya saingnya," ucap Jerry saat memberikan sambutan di Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/6).

Pasalnya, kata dia, mobil BAIC BJ40 Plus tidak mungkin sepenuhnya dengan memakai teknologi listrik, karena di desain untuk mobil offroad yang bisa berselancar di gunung.

"Karena bagaimanapun juga kalau semuanya full listrik, terutama mobil yang bisa jalan di gunung-gunung seperti BJ40 ini, tidak mungkin semuanya dari listrik. Kalau di gunung dia kehabisan listrik, dia bingung nanti mobilnya mau jadi museum di sana atau bagaimana," urainya.

Founder PT JHL International Otomotif (JIO), Jerry Hermawan Lo. (Foto: MerahPutih.com/Asropih)

Maka kata dia, dengan teknologi Hybrid, kendaraan bisa menggunakan bensin bila kehabisan daya listrik di gunung seperti BJ40 Plus.

"Tetapi kalau dari bensin, bisa naik motor beli bensin kita isi sedikit, yang penting keluar dari gunung baru kita cas lagi di hotel. Jadi harus ada kombinasi bagaimana jangan terlalu melulu. Karena ini mobil-mobil offroad, udah mobil medan berat," paparnya.

Ia akui di medan yang berat seperti gunung, kendaraan listrik yang kehabisan listrik sangat terkendala dalam mengisi daya baterai kendaraan.

"Jadi kalau bisa diusahakan di kota-kota besar, ganjil genapnya tolong diusulkan ke pemda, dihilangkan ganjil genapnya juga. Dari mobil Hybrid. Karena mobil Hybrid tetap akan kami produksi di tahun-tahun yang akan datang," imbuhnya.

Baca juga:

Berkomitmen Dukung Industri Otomotif Nasional, Founder JIO Jerry Hermawan Lo Resmikan Pabrik BAIC di Purwakarta

Upaya Jerry yang mengusulkan mobil hybrid masuk kategori bebas ganjil genap, didukung penuh oleh Anggota DPR RI sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI), Bambang Soesatyo (Bamsoet).

Ia pun berharap Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung bisa memasukkan mobil hybrid masuk dalam kategori kendaraan yang tidak kena sistem ganjil genap.

"Tugas selanjutnya adalah meminta pertimbangan gubernur untuk mengizinkan masukan kategori mobil hybrid ini, hybrid ini ke kategori bebas ganjil genap, tapi tidak bebas kecilan," urai Bamsoet.

Di samping itu, Bamsoet mengapresiasi langkah BAIC, produsen otomotif terkemuka asal Tiongkok, merakit mobil BAIC di Purwakarta, Jawa Barat.

Fasilitas yang digunakan untuk perakitan ini dioperasikan oleh PT Handal Indonesia Motor (HIM), dan secara bertahap mengimplementasikan strategi yang berfokus pada local content atau Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Kerjasama ini diharapkan tidak hanya memperkuat kehadiran BAIC di pasar Asia Tenggara, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap industri otomotif lokal Indonesia.

"Komitmen BAIC merakit mobil di Purwakarta menandakan sinergi positif antara investasi asing dan pengembangan industri lokal," ucapnya.

Baca juga:

Ciptakan Lapangan Kerja Baru, BAIC Rakit Mobinya di Indonesia: Pasarkan BJ40 Plus Tak Sampai Rp 700 Juta

Ketua MPR ke-15 dan Ketua DPR ke-20 ini memaparkan, sebagai langkah awal, BAIC akan memproduksi model BJ40 Plus di pabrik PT HIM, dengan target mencapai 1.680 unit pada tahun 2025. Strategi ini menandai titik awal bagi BAIC untuk memperkenalkan produk-produk mereka ke pasar Indonesia secara lebih luas.

Dengan rencana untuk menambah jumlah model yang dirakit dalam dua hingga tiga tahun ke depan, BAIC tidak hanya berkomitmen untuk memenuhi permintaan lokal tetapi juga mengejar potensi ekspor.

Menurutnya, hal ini sejalan dengan target Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 40 persen yang ingin dicapai dalam setahun ke depan. Sehingga memungkinkan kendaraan BAIC yang dirakit di Indonesia untuk diekspor ke berbagai negara di kawasan Asia.

"Dengan memenuhi ambang batas TKDN tersebut, BAIC juga berhak memanfaatkan fasilitas tarif dalam kerangka ASEAN Free Trade Area (AFTA). Negara seperti Thailand, Vietnam, dan Brunei menjadi target negara ekspor produk BAIC dari Indonesia," kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menjelaskan, proses perakitan awal BAIC akan dilakukan dalam bentuk semi knock down (SKD), di mana kendaraan setengah jadi akan diterima dari pabrik utama di Cina dan dirakit menjadi kendaraan utuh di fasilitas PT HIM. Pendekatan ini memungkinkan efisiensi dalam proses produksi, sambil memastikan bahwa perakitan dilakukan dengan standar kualitas yang tinggi.

"Ini tidak hanya akan meningkatkan daya saing produk BAIC di pasar lndonesia, tetapi juga memberikan dampak positif bagi industri otomotif Indonesia dengan menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi," pungkas Bamsoet. (Asp)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan