Lewat Diary, Othniel Giovanni Membuka Wawasan tentang Teh

Selasa, 27 Agustus 2019 - Dwi Astarini

SUASANA lantai 3 Gramedia World di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) teramat berbeda, Sabtu (24/8) siang. Aroma wangi khas menguar di udara. Puluhan orang beredar membawa cangkir atau mangkuk kecil.

Di tengah ruangan, seorang pria mengenakan jaket hitam dengan detail emas bernuansa oriental terlihat dikerumuni beberapa orang. Dia lah Othniel Giovanni. Siang itu, Othniel meluncurkan buku perdananya, Diary of a Tea Drinker, menunjukkan kemampuan menyeduh teh. Tangannya terampil, bak menari menuangkan air panas ke teko teh. Sungguh menghipnosis, menenangkan. Di depannya, beberapa mangkuk kecil untuk minum teh sudah menanti.

BACA JUGA: Beda Penyeduhan Teh di Jepang dan Tiongkok

Tak perlu lama, 2-3 menit, teh nikmat dituang ke mangkuk-mangkuk tadi. Beberapa orang yang mengerubung langsung menyerahkan gelas atau mangkuk mereka untuk diisi. Sebagian lainnya meraih mangkuk berisi teh yang disediakan. Merahputih.com ikut melakukan hal serupa.

Sambil menyesap teh yang baru diseduh, Othniel bertanya, "Gimana rasanya?" Satu per satu yang hadir memberi komentar. Ada yang mencium aroma bunga, ada yang merasakan manis sari bunga, ada juga yang menyebut citarasa madu yang tipis. Memang, ada rasa manis bercampur langu tanah dalam teh itu. Nikmat.

othniel giovanni
Menyeduh teh dan berbagi cerita. (foto: MP/Dwi Astarini)

Sejenak kemudian, pria yang sudah mencintai teh selama satu dasawarsa itu mengiyakan pendapat para peminum teh seduhannya. "Nanti, seduhan kedua, rasa yang didapat juga berbeda. Itulah uniknya teh. Layer rasanya sungguh beragam," jelasnya.

Ya, bagi Othniel, teh bukan hal murah yang remeh. Buatnya, teh punya artinya amat mendalam. Menurutnya, secangkir teh membuat dirinya memahami dan menghargai hal-hal paling kecil sekalipun.


Peminum Teh yang Berdedikasi

othniel giovanni
Kecintaannya pada teh membuka banyak perspektif. (foto: Instagram @exoteaque)

Perkenalan Othniel dengan teh diawali dengan semangkuk wu yi yan cha. Seorang teman membawakannya langsung dari Tiongkok. "Tehnya kencang banget, bagus banget. Tasting note-nya bisa sampai 26 layer. Makanya, karena nyobainnya teh yang bagus, jadinya langsung suka rasanya. Yang lain jadi terasa flat aja," ujar pria yang baru saja memenangi Tea Masters Cup Indonesia untuk kategori classic tea preparing dan tea and food pairing.

Pengalaman pertama itu kemudian membawa Othniel mengulik lebih jauh tentang teh. Meski sudah minum teh sejak 15 tahun lalu, ia mengaku baru serius mempelajari dan mengulik teh single origin lima belakangan. Keseriusannya itu berbuah hasil. Lewat akun Instagram-nya, @exoteaque, Othniel membagikan perjalanan bersama teh. "Setelah aku pasang di IG, ternyata respons orang positif. Ada yang bilang, 'wah, tasting bud kamu bagus. Dari sana mulai deh ada yang kirimkan teh produksi mereka," katanya.

BACA JUGA: Mengenal Budaya Minum Teh Indonesia bersama Othniel Giovanni

Enggak sekadar mengirimkan produk teh, beberapa produsen teh bahkan mengundang Othniel untuk melihat produksi mereka sekaligu mencicip produk mereka. Beberapa waktu lalu, ia bahkan diundang pemerintah Jepang untuk mengenal budaya teh di sana. "Oh iya, dua minggu itu full di kebun teh. Dari metik daun teh, bikin, proses oksidasi, sampai menyeduh tehnya," ceritanya.

othniel giovanni
Sesi tea tasting saat peluncuran Diary of a Tea Drinker. (foto: MP/Dwi Astarini)

Rupanya, dari perjalanan selama dua minggu itu menginspirasi Othniel untuk menulis sebuah buku. Kesempatan bertemu sesama pencinta teh dari 20 negara membuatnya tersadar bahwa pengetahuannya tentang teh bisa dibagi. "Ada beberapa peserta yang ngomong, 'lu udah minum banyak teh, bahkan jauh lebih banyak dari yang kita minum, kenapa enggak bikin buku?'. Rupanya mereka itu sudah bikin buku juga. Aku pikir, benar juga ya, kenapa enggak share dulu pengetahuan yang aku punya. Paling enggak untuk di Indonesia dulu," ujarnya.


Membuka Jendela Perspektif lewat Diary of a Tea Drinker

othniel giovanni
Setiap jenis teh memberi perspektif berbeda. (foto: MP/Dwi Astarini)

Teh punya sejarah yang panjang sebagai sebuah minuman. Tanaman Camellia sinensis yang daunnya diambil untuk teh dikenal sejak 5.000 tahun SM di daerah Yunnan, Tiongkok. Minuman itu awalnya berfungsi sebagai ramuan kesehatan. Dipercaya, teh dapat menyegarkan tubuh dan menetralkan racun yang masuk ke tubuh.

Hingga kini, teh masih dipercaya sebagai minuman dengan segudang manfaat kesehatan. Namun, bagi Othniel menikmati teh lebih daripada itu. Jika orang lain minum teh untuk alasan kesehatan, tak begitu dengannya. Ia minum teh karena teramat suka dengan rasanya. "Karena memang hobi, suka rasanya, makanya aku minum teh," ujarnya.

BACA JUGA: Faktor Ini Bikin Teh Jadi Enak, Begini Penjelasan Pakar Teh Othniel Giovanni

Terlebih, baginya, teh bisa membuka sebuah jendela yang membawanya ke tempat dan masa daun teh itu ditanam. Setiap jenis teh dari negara berbeda, yang dihasilkan di tempat beragam, membawa pikirannya berkelana ke asal teh itu. Cita rasa teh yang khas den kompleks membawanya dalam sebuah perjalanan panjang nan kompleks.

Selain itu, teh membuatnya menghargai berbagai hal kecil di dunia ini. Aroma nikmat teh tak datang begitu saja. Ada kerja keras, dedikasi, kegigihan, dan ketelitian di balik rasanya yang nikmat. "Teh ini membuat aku menghargai alam, mengapresiasi keharmonisan alam dalam menjaga pohon-pohon teh," ujarnya.

othniel Giovanni
Diundang ke Jepang untuk mengenal teh lebih dalam. (foto: Instagram @exoteaque)

Lewat buku Diary of a Tea Drinker yang ia luncurkan, Othniel ingin menularkan semangat itu sekaligus membagi ilmu dan pengetahuannya yang luas tentang teh. Lewat buku ringkas setebal 120 halaman, Othniel merangkum sejarah singkat teh, jenis-jenis teh, hingga cara menyeduh dan menikmati teh. Semuanya ia tulis dalam bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Bahkan oleh mereka yang awam dengan teh sekalipun.

Saat membaca bab-bab demi bab buku ini, saya membayangkan Othniel tengah menyeduh teh lalu berbagi cerita tentang teh yang diseduh. Informatif, membuat terpana, sekaligus. "Ini kan diary ya, jadi sebisa mungkin aku sampaikan seperti bercerita. Bahasanya aku bikin simpel," jelasnya.

Sayangnya, dalam buku ini, ia belum menyinggung teh produksi Indonesia. Meskipun demikian, itu bukan berarti ia tak tertarik. "Judulnya juga diary, nanti ada kelanjutannya. Penginnya bikin yang cerita tentang teh Jepang, India, juga Indonesia," harapnya.

Semoga saja harapan itu akan terwujud sehingga makin banyak 'jendela' yang terbuka lewat kisah teh dari seorang peminum teh.(dwi)

BACA JUGA: Unik, Budaya Minum Teh di Berbagai Daerah di Indonesia

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan