KH Muhammad Yusuf Seorang Wali dan Pitung dari Depok
Jumat, 26 Februari 2016 -
MerahPutih Budaya - Bagi sebagian masyarakat Kota Depok, tentu tidak akan asing mendengar nama KH Muhammad Yusuf. Meski lahir dan tumbuh-kembang di Cikini, Jakarta. Namun, sosok beliau sangat memengaruhi kehidupan di kota yang menjadi perbatasan Bogor dan Jakarta ini.
Selain terkenal karena ilmu agamanya yang tinggi, belakangan ini beliau diketahui sebagai salah seorang Pitung yang sampai akhir hayatnya tinggal di Desa Sukatamu, Kota Depok.
Ihwal demikian, dijelaskan oleh cicit Engkong Usuf (panggilan akrabnya), Ustaz Fachruddin Soleh saat merahputih.com sambangi makam sang wali yang berada di tengah pemukiman elit Depok.
Menurut Ustaz Soleh, Engkong Usuf memulai perjuangan tatkala melihat kezaliman penjajah Belanda yang semakin menindas rakyat. Kegetiran tersebut, membuat Sang Wali mengumpulkan bala pasukan yang berjumlah ribuan untuk melawan penjajah.
"Penindasan penjajah, membuat Engkong Usuf mengumpulkan pasukan perang yang berasal daripada anggota silat. Dalam waktu dua jam, penjajah Belanda berhasil dikalahkan oleh beliau. Karena itu, beliau mendapat julukan Si Pitung," jelas Ustaz Soleh di Komplek Makam KH Muhammad Yusuf, Perumahan Pesona Khayangan, Depok, Kamis (25/2).
Adapun nama Pitung, kata Ustaz Soleh, berasal dari kata 'pitulung' atau kelompok yang suka menolong kaum lemah yang ditindas penjajah Belanda. Pitung bukanlah sebuah nama orang, melainkan nama julukan yang dalam bahasa Arabnya disebut, 'ismu laqab'.
"Kalau dalam bahasa Arab, ada istilah ismu laqab dan ismu hakiki (nama asli). Nah, Pitung merupakan nama julukan atau samaran, ismu laqab," kata dia.
Ustaz Soleh menambahkan, di dalam kelompok Pitung mempunyai pemimpin yang di mana Engkong Usuf menjadi tokohnya. "Beliau adalah Ketua Kelompok Pitung atau generasi Pitung pertama," ucapnya.
Dikarenakan memiliki kesaktian yang tinggi, penjajah Belanda seperti yang dijelaskan oleh Ustaz Soleh tidak pernah bisa mengalahkan sang penegak keadilan. Beragam cara dilakukan penjajah Belanda agar dapat menangkap Engkong Usuf.
Tidak kehilangan akal, dengan liciknya mereka menyandera orang tua Engkong Usuf. Ihwal demikian dilakukan penjajah agar Engkong Usuf yang juga terkenal sangat berbakti kepada orang tuanya itu, mau menyerahkan diri tanpa perlawana.
"Kalau beliau tidak menyerahkan diri, maka kedua orang tuanya akan dibunuh. Dikarenakan Engkong Usuf sangat berbakti kepada orang tua, akhirnya menyerahkan diri. Beliau ditahan oleh penjajah Belanda pada tahun 1921 di Sawahlunto, Padang," pungkasnya.
Adapun guru ngaji sang pahlawan pembela kaum lemah adalah H Naipin yang oleh keturunan Engkong Usuf disebut dengan nama H Jian. Dari H Jian, kemudian Engkong Usuf dinikahkan dengan Hj Aisyah, anak dari H Jian. Makam sang istri pun masih dapat kita jumpai, persis berada di dalam komplek Makam Syekh Muhammad Yusuf. (Ard)
BACA JUGA:
- Panglima Pasukan Hizbullah Depok Keturunan Prabu Siliwangi
- Cerita Juru Kunci Situs Batu Tulis Bogor Tentang Penampakan Prabu Siliwangi
- Menuju Kirab Jumenengan, KBPH Prabu Suryodilogo Ditentang
- Masjid Cikoneng Akulturasi Budaya Lampung masa Kesultanan Banten
- Warisan Budaya Jadi Daya Tarik Turis Asing