Karina Nadila Niab: Ketika Guru Belajar Banyak dari Murid

Minggu, 28 Oktober 2018 - Dwi Astarini

BERGELAR Puteri Indonesia Pariwisata 2017 dan Miss Supranational Indonesia 2017 tentu membuat sebagian orang memandang Karina Nadila Niab sebelah mata. Masih banyak orang berasumsi bahwa mereka yang mengikuti ajang kecantikan hanya bermodalkan paras tanpa intelektualitas. Namun, cibiran-cibiran semacam itu tak membuat Karina gentar.

“Mereka pikir Putri Indonesia itu maunya serba yang glamor. Kalau naik pesawat maunya yang milik BUMN. Mereka enggak tahu aja kalau kita sering juga naik pesawat bergambar singa atau bahkan oke-oke aja naik pesawat baling-baling bambu,” ujarnya dengan nada jenaka dan suara nyaring yang khas.

karina nadia niab
Kehidupan seorang putri tidak harus serbaglamor. (foto: Instagram Karina Nadia Niab)


Ia juga menuturkan bahwa kehidupan seorang Putri Indonesia tak selalu bergelimang kemewahan tetapi juga dekat dengan kemanusiaan. Menurutnya, menjadi seorang putri berarti menjadi berkah bagi semua orang.

Keinginannya untuk menjadi seorang putri yang bisa memberi manfaat untuk orang banyak tak pernah pudar. “Kalau menurut ajaran Nabi Muhammad nih ya, sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat untuk orang lain,” tuturnya saat ditemui di acara Ideafest, Sabtu (27/10). Itu pula yang membuatnya tak ragu untuk turun langsung ke pedalaman demi mencerdaskan anak bangsa.

Pada 2017, Karina sempat bergabung dengan 1.000 Guru dan mengajar di Oeuki, Timor Tengah Selatan. Meskipun selama di pedalaman ia mengajar, ia justru merasa bahwa dirinyalah yang banyak mendapat pelajaran dari anak-anak setempat. “Di sana adik-adiknya sangat pemalu dan tertutup. Mereka merasa asing dengan dunia luar,” urai Karina.

Ia juga tercengang kala mengetahui siswanya tak tahu bahwa mereka ada di Indonesia. “Hal yang buat aku kaget dan sedih banget adalah ternyata banyak dari siswa-siswa di sana yang tidak tahu Indonesia dan tidak tahu bahwa mereka ialah bagian dari bangsa ini. Yang mereka tahu hanya kampungnya saja,” jelasnya.

karina nadia niab
Ikut ambil bagian mengajar anak-anak di daerah terpencil. (foto: Instagram Karina Nadia Niab)

Walaupun tugas itu cukup berat, Karina justru tertantang untuk memperkenalkan dunia luar. “Aku menstimulasi mereka supaya mau pergi ke luar desa, belajar, dan kemudian balik lagi ke kampung halaman mereka untuk membangun desa mereka,” ucap Karina dengan nada optimistis.

Pengalaman lain ia rasakan saat berkunjung ke Manu Kuku, Sumba Barat. Awalnya ia pikir karakter anak-anak di Manu Kuku hampir serupa dengan anak-anak di Oeuki. Namun, ternyata karakter mereka jauh berbeda. Anak-anak di Manu Kuku tampak antusias dan terbuka ketika ia mengajarkan mereka banyak hal. “Aku senang karena dengan segala keterbatasan ternyata mereka sangat responsif,” ujar Karina.(Avi)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan