Geliat Seni Musik Campursari di Kota Seribu Pabrik
Senin, 10 Oktober 2016 -
MerahPutih Budaya– Ditengah sibuknya kota dengan kegiatan industri, ternyata musik campursari menjadi salah satu
suguhan hiburan yang banyak disukai oleh masyarakat di Kabupaten Tangerang. Hampir setiap minggu, seni musik campursari bisa
ditemukan, baik di acara hajatan, maupun acara internal lembaga atau perusahaan.
Salah seorang tokoh musik campursari Tangerang Yadi Sukmo Bayu, mengungkapkan, sebenarnya, musik campursari adalah musik kreasi perpaduan antara seni musik modern dengan seni musik tradisi Jawa. Dalam musik campursari ini sari ini sendiri, masih bisa dikolaborasi lagi menggunakan seni musik melayu, sunda, batak, atau daerah lainnya, bahkan juga bisa dikemas dengan nuansa dangdut, pop, maupun reage.
“Campursari ini sebenarnya musik kreasi, perpaduan musik modern dengan musik tradisional Jawa. Tapi musik campursari ini fleksibel, bisa dikolaborasikan lagi dengan musik sunda, batak, atau musik-musik daerah lainnya,” ungkap Yadi Sukmo Bayu kepada merahputih.com, Minggu (09/10).
Yadi juga menilai, musik campursari ini sendiri merupakan seni musik pemersatu, karena bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, baik anak-anak muda, orang tua, bahkan masyarakat lintas daerah. “Awalnya musik ini berakar dari musik tradisi Jawa, tapi berkembang. Malah ada penyanyi Batak yang menyanyikan lagu campursari, dan dibuat musik campursari Batak. Itu, Ricky Butar Butar, dia kan nyanyi lagu campursari Batak, Mulak Maho,” paparnya.
Populasi musik campursari di wilayah Tangerang sendiri, kata Yadi, sangat subur, dan hampir tersebar di setiap wilayah. Penyanyi dan pemusiknya sendiri, kata Yadi, terdiri masyarakat urban, mulai dari pekerja pabrik, pedagang makanan, sampai sopir mobil. Musik campursari di Kabupaten Tangerang, atau daerah yang dikenal sebagai “kota seribu pabrik” ini, kata Yadi, suguhan musik campursai biasanya melibatkan penonton ikut menjadi obyek hiburan. Karena, biasanya penonton diberi kesempatan ikut berjoget dan bernyanyi di atas panggung.
“Kalau penonton ikut naik ke panggung, biasanya ikut joget atau menyanyi, istilahnya itu nyumbang lagi. Tapi ini biasanya nyawer ke penyanyinya,” katanya.
Untuk bisa menanggap hiburan musik campursai ini sendiri, mematok harga mulai dari Rp 5juta hingga puluhan juta. Tergantung tingkat kekomplitan musiknya. Karena dalam musik campursari ini ada klasifikasinya, yaitu musik campursari full (menggunakan alat modern dan tradisi kompolit, campursari mini, dan hanya menggunakan alat orgen tunggal. (Wid)
BACA JUGA: