Electric Cats Lepas Single 'Sihir Ilusi', Tuangkan Keresahan tentang Ekspektasi, Tekanan, dan Jeda untuk Diri

1 jam, 58 menit lalu - Ananda Dimas Prasetya

MerahPutih.com - Ada harga yang harus dibayar ketika kita menaruh ekspektasi terlalu tinggi. Mulai dari rasa kecewa, sakit hati, hingga kelelahan karena terus memaksakan diri mengejar apa yang dianggap sebagai tujuan.

Setiap orang memiliki ekspektasinya sendiri, dan tak jarang kita justru terseret dalam pusaran tuntutan yang kita ciptakan sendiri. Hal tersebut yang kemudian menjadi inti dari Sihir Ilusi, single pembuka untuk album kedua Electric Cats.

Nadya Yosefina, otak kreatif di balik proyek ini, mengisahkan fase penuh tekanan yang pernah ia rasakan:fase tanpa ujung, seolah hidup adalah perlombaan yang harus dimenangkan.

“Aku jadi capek sendiri, ngerasa insecure, ngerasa ketinggalan. Padahal aku lagi nggak ngapa-ngapain,” ungkap Nadya.

Baca juga:

Electric Cats Menemukan Arti Passion Melalui Single 'Dunia yang Nirmala'

Di era ketika dunia bergerak cepat dan produktivitas dijadikan ukuran nilai diri, berhenti sejenak justru kerap mengundang penilaian tajam. Inilah yang ia sebut sebagai Sihir Ilusi, kondisi ketika kita terjebak berkompetisi dalam lomba yang sebenarnya tidak pernah kita pilih.

Dirilis pada 14 November 2025 melalui demajors, Sihir Ilusi menangkap perjalanan Nadya dalam kembali memilih apa yang ia cintai: bermusik, menulis lagu, dan menyiapkan album kedua Electric Cats.

Bukan untuk pembuktian, melainkan untuk kejujuran pada diri sendiri. Tidak ada piala yang harus diperebutkan jika kita sudah selaras dengan diri.

Lebih lanjut, menurut Nadya, hidup bukan ajang kompetisi. Kita berhak mengambil jeda, bernapas, dan memercayai proses yang sedang berlangsung.

Baca juga:

Electric Cats Persembahkan ‘Bunga Rampai’, Spektrum Emosi dalam 8 Lagu

Secara musikal, Sihir Ilusi menawarkan warna baru dibanding materi dalam Bunga Rampai. Atmosfernya lebih gelap, dengan permainan drum live yang menghidupkan energi dan mendorong tubuh ingin bergerak.

Lagu ini menjadi penanda kedewasaan, saat seseorang mampu menyadari dan melepaskan ekspektasi eksternal serta perlombaan semu yang mengikis nilai diri.

“Hidup ini bukan perlombaan, bukan tentang siapa yang paling. Semua punya tempatnya masing-masing,” tutup Nadya. (Far)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan