Awan Gelap yang Tak Selamanya Buruk Bagi Timnas Jerman
Rabu, 21 November 2018 -
Merahputih.com - Awan gelap tengah menyelimuti tim nasional Jerman. Bagaimana tidak, Timo Werner dan kawan-kawan belum bisa bangkit saat gagal total pada Piala Dunia 2018 di Rusia. Ya, saat itu, Der Panzer pulang cepat karena gagal lolos dari fase penyisihan grup.
Padahal, Jerman datang ke Rusia sebagai juara bertahan turnamen empat tahunan. Jerman takluk di tangan Meksiko dan Korea Selatan. Ini merupakan kali pertama bagi Jerman tersingkir di fase pertama sejak Piala Dunia 1938.
Awan gelap itu seakan tak mau lepas dan terus mengikuti Jerman hingga saat ini. Jerman terpaksa terdegradasi ke Liga B UEFA Nations League. Paling anyar, ketika bertemu Belanda yang sudah tidak menentukan bagi Jerman, pasukan Joachim Low kembali gagal menang dan harus puas dengan hasil imbang 2-2 di kandang sendiri.

Der Panzer pun memperpanjang rentetan kegagalan meraih kemenangan menjadi lima pertandingan kompetitif. Thomas Muller dan kawan-kawan hanya meraih dua hasil imbang dan tiga kekalahan.
Artinya, Jerman hanya butuh satu kegagalan meraih kemenangan lagi untuk menyamai catatan muram pada Juni 1978 hingga April 1979. Pada periode itu Jerman gagal menang dalam enam laga beruntun.
Pasca hasil buruk di Rusia 2018, timnas Jerman berusaha melakukan pembenahan. Wajar, karena apa yang terjadi dalam tubuh Die Mannshaft seperti api dalam sekam. Belakangan terungkap jika timnas Jerman memang bermasalah.
Menelaah titik masalah dan mencari solusi serta membangun kembali sebuah tim yang kokoh memang memelukan waktu. Jerman tidak langsung bangkit. Terbukti dari hasil yang belum memuaskan di ajang UEFA Nations League.
Namun, semua itu adalah bagian dari sebuah proses. Kini, Jerman sudah terdepak ke Liga B UEFA Nations League. Namun mereka masih memiliki peluang untuk tampil di Euro 2020 mendatang. Dan inilah yang menjadi sasaran mereka saat ini.
Laga-laga di UEFA Nations League dan beberapa uji coba, menjadi momen yang tepat bagi Jerman untuk apa yang mesti diubah, taktik dan pemilihan pemain. Hingga saat ini hal itu amat kentara.
Pelatih Jerman, Joachim Low mulai memanggil kembali Leroy Sane yang dicoret dari skuat Piala Dunia 2018 lalu. Juga dicoba pemain muda macam Serge Gnabry dan Thilo Kehrer.
Sane sudah menampilkan kontribusi dengan menjadi starter di tiga laga terakhir dan menyumbang dua gol. Bagi Sane, pemain sayap Manchester City ini sepertinya sudah melupakan rasa patah hatinya dan berusaha menjadi salah satu bagian dari kebangkitan Jerman.
Sedangkan Gnabry, kini sudah membuat empat gol dalam lima penampilan bersama Jerman. Gnabry bisa menjadi sosok alternatif di lini depan yang tidak dimiliki Jerman pada Piala Dunia lalu.
Kehadiran Kehrer dalam skuat Low juga harus mendapatkan perhatian. Pasalnya bek serbabisa Paris Saint-Germain ini akan menjadi suntikan tenaga di lini pertahanan Jerman. Munculnya deretan talenta baru adalah bukti Jerman belajar dari kesalahan.
Sedangkan dari sisi taktik, Low pun mulai terlihat tidak lagi kaku. Contohnya pada pertemuan pertama melawan Belanda Oktober lalu, Low memakai pola 4-3-3. Hasilnya, Jerman dihajar habis-habisan oleh Belanda yang tampil lebih solid. Selang sebulan kemudian, menghadapi lawan yang sama, Low menempatkan lima pemain di lini belakang dengan dua bek sayap.
Hasilnya, Jerman tampil lebih apik, bahkan sempat unggul 2-0 lebih dulu, meski pada akhirnya laga ditutup imbang 2-2. Sekali lagi, kebobolan di lima menit terakhir menjadi bukti masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan Jerman.
Namun, yang perlu digarisbawahi adalah, dari laga melawan Belanda, yang merupakan agenda terakhir di 2018, sudah ada tanda-tanda yang menjanjikan. Bukti bahwa perubahan sudah dimulai.

Coba lihat bagaimana permainan Jerman di paruh pertama melawan Belanda. Mereka tampil selayaknya tim papan atas bermain. Mereka tampil seperti Jerman dengan tambahan gaya bermain yang mengalir, hal yang selama ini jarang terlihat saat Der Panzer tampil. Dan, semua itu terjadi saat Jerman main minus bintang macam Marco Reus, Leon Goretzka, atau Thomas Muller.
Laga melawan Belanda memang sudah tidak menentukan lagi. Artinya Jerman memang bebas dari tekanan. Namun, seperti yang dikatakan Low, target Jerman adalah untuk membenahi dan membangun ulang tim. ajang UEFA Nations League memang dijadikan Low sebagai untuk menemukan sistem yang tepat, pemain yang pas, dan lainnya.
Dan, seiring waktu proses pembenahan sudah terlihat tahap demi tahap. Jika proses terus berjalan, bukan tidak mungkin Jerman akan kembali menjadi tim yang menakutkan.
Tentu saja, apakah proses ini akan terus berjalan dan berhasil? Apakah setelah badai akan hadir pelangi atau justru badai kembali menghantam? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. (*/bolaskor.com)