3 Alasan MU Wajib Permanenkan Ole Gunnar Solskjaer
Senin, 31 Desember 2018 -
MerahPutih.com - Ole Gunnar Solskjaer memberikan aura positif bagi Manchester United. The Red Devils menang tiga kali beruntun sejak ditangani pria asal Norwegia tersebut.
Kemenangan terakhir MU diraih ketika menang 4-1 atas Bournemouth di pekan 20 Premier League, Senin (31/12) dini hari WIB di Old Trafford. Paul Pogba mencetak dua gol, sisa gol lainnya dicetak Marcus Rashford dan Romelu Lukaku.

12 gol dilesakkan Ashley Young dkk hanya dalam kurun waktu tiga laga. Solskjaer mengembalikan senyuman di wajah para pemain dan fans Man United.
Sosok 45 tahun itu bukanlah manajer yang mampu memberikan banyak gelar layaknya Jose Mourinho. Tetapi, dia tahu apa yang dibutuhkan Man United, mantan klub yang pernah diperkuatnya pada periode 1996-2007.
Dikenal dengan nama supersub terbaik sepanjang masa Man United dan julukan The Baby-Faced Assassin, Solskjaer mengenal persis dapur Man United dan mewarisi tradisi dari Sir Alex Ferguson ke dalam skuat terkini.
Memang, tiga kemenangan beruntun melawan tim yang di atas kertas tidak selevel dengan Man United belum membuktikan apapun untuk Solskjaer.

Kendati demikian, manajemen Man United sudah mulai harus mempertimbangkan menjadikannya manajer permanen. Negosiasi sudah harus dimulai dengan Molde, yang kabarnya hanya meminjamkan Solskjaer ke Man United sampai akhir musim 2018-19.
Ketimbang mendatangkan Zinedine Zidane atau Mauricio Pochettino, Solskjaer sudah memperlihatkan betapa pahamnya dia dengan kultur dan sejarah tim peraih 20 titel Premier League. Berikut tiga alasan mengapa Man United wajib memberinya kontrak permanen.
1. Merangkul Paul Pogba

Hanya dalam tiga laga Pogba sudah menorehkan empat gol dan memberi tiga assists. Torehan itu sudah lebih baik dari total 14 laga Pogba dengan Jose Mourinho musim ini: tiga gol dan tiga assists.
Itu artinya, Solskjaer tahu cara memaksimalkan potensi Pogba bukan dengan cara memusuhinya atau menjadikannya musuh, melainkan merangkulnya. Hasilnya, Man United tidak sia-sia mengeluarkan banderol 89 juta poundsterling.
Pogba jadi sentral permainan Man United. Solskjaer melakukan persis hal yang ingin dilakukannya dengan membangun skuat yang menunjang performa Pogba.
Ketika melawan Bournemouth, Pogba punya statistik gemilang: 114 sentuhan bola, 100 persen memenangi tekel, percobaan 99 operan, 86 operan sampai tepat sasaran, lima tendangan, empat sepakan tepat sasaran, tiga kali menciptakan peluang, dua gol, dan satu assist.
Ketika Pogba mulai menari, tersenyum, dan memperlihatkan potensinya, penampilan Man United turut terangkat. Singkat kata, Solskjaer tahu persis cara memaksimalkan talenta juara dunia 2018 bersama timnas Prancis itu.
2. Sebarkan Aura Positif

Awan hitam yang menyelimuti Man United seketika hilang seiring kepergian Mourinho. Solskjaer memiliki tugas paling sederhana ketika ditunjuk melatih Man United: mengembalikan aura positif dan senyuman di wajah pemain serta fans.
Benar saja, tidak hanya merangkul Pogba dan mengembalikan kepercayaan dirinya, sang supersub kembali menyelamatkan Man United dengan mengembalikan performa tim ke habitatnya.
Old Trafford kembali menyaksikan tim kesayangan mereka bermain ofensif dan kreatif di lini depan - tidak lagi monoton dan cenderung mengandalkan serangan balik.
Atmosfer positif yang dibawa Solskjaer mengembalikan esensi sepak bola di Man United: bersenang-senang ketika bermain sepak bola dan mengekspresikan diri.
Memang, masih ada titik lemah dari sisi atau cara Man United bertahan, namun seiring berjalannya waktu, masalah itu bisa diselesaikan oleh Solskjaer yang dibantu Mike Phelan, eks asisten manajer Sir Alex Ferguson.
3. Tidak Tebang Pilih

Solskjaer memberikan seluruh kesempatan pemain Man United unjuk gigi dengan rotasi pemain yang diterapkannya. Dalam tiga laga terakhir, minus pemain-pemain yang cedera, semuanya bermain. Termasuk rekrutan sebesar 50 juta poundsterling, Fred.
Tidak hanya sekedar memainkan mereka, Solskjaer juga memahami karakteristik bermain mereka dan memaksimalkannya dengan baik. Selain Pogba, Nemanja Matic juga kembali menghadirkan proteksi di lini belakang Man United dan jadi pemain pertama yang menangkal serangan balik lawan.
Marcus Rashford dibiarkan bergerak di lini depan bersama Jesse Lingard dan Anthony Martial. Pergerakan fleksibel ketiganya kerapkali merepotkan lini belakang lawan.
Kebahagiaan para pemain memunculkan persaingan sehat di antara para pemain skuat. Otomatis, seluruh pemain ingin mengerahkan yang terbaik. Solskjaer patut diberi hadiah kontrak permanen karenanya. (*/Bolaskor)