Selain Aman, Blockchain juga Transparan


Blockchain aman dan transparan (Foto: Pixabay/mmi9)
DI Indonesia, blockchain masih bisa dibilang hal yang baru. Namun, teknologi ini sebenarnya sudah ada selama 10 tahun bersama teknologi lain. Beberapa perusahaan swasta di Indonesia pun sudah mengunakan teknologi ini.
Teknologi ini ditemukan oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2008. Nakamoto sendiri merupakan penemu cryptocurrency atau mata uang digital bitcoin. Namun, identitas Nakamoto sendiri belum diketahui hingga saat ini.
"Sampai sekarang sosok Satoshi ini belum jelas. Entah dia perempuan atau pria," ujar Oham, Executive Director Asosiasi Blockchain Indonesia dalam sesi KVB Journalist Class di FX Sudirman belum lama ini.
Meskipun begitu, teknologi yang ditemukan Nakamoto itu berguna sampai sekarang. Apalagi jika bicara masalah keamanan. Itu merupakan kelebihan utama dari teknologi tersebut. Blockchain kerap digunakan untuk melindungi data mata uang digital hingga proses transaksinya.

Singkatnya blockchain merupakan teknologi yang memungkinkan kamu untuk memindahkan data, nilai, dan informasi tanpa perantara. Termasuk data keuangan digital kamu. Mengapa aman? Karena data blockchain enggak bisa dimanipulasi. "Blockchain sifatnya terbuka dan tidak bisa dimanipulasi," tambah Oham.
Bahkan keamanan blockchain semakin terpercaya. Karena kata Oham ada sebuah website bernama blockexplorer.com. Pada website ini segala transaksi menggunakan mata uang digital seperti bitcoin dapat dilihat secara real-time.
Baca juga:
Asosiasi Blockchain Indonesia Bermisi Kenalkan Teknologi Paling Aman untuk Indonesia
Hanya saja identitas asli pemilik mata uang digital enggak akan terlihat dalam website tersebut. Sebab, data pemilik hanya terekam melalui wallet pengirim maupun wallet penerima. "Jadi tetap bisa dicari siapa pengirim dan penerimanya," imbuhnya.
Meskipun terbukti aman dan transparan. Teknologi ini juga dapat menjadi alat yang digunakan para penjahat. Misalnya pada tahun 2011, sebuah marketplace Anonymous bernama Silk Road mulai beroperasi.

Marketplace tersebut menggunakan teknologi blockchain dan bitcoin sebagai alat transaksi pembayaran. Namun, markeplace itu enggak seperti marketplace seperi biasanya. Barang-barang yang dijual berupa barang ilegal.
Namun, seperti yang sudah dijelaskan Oham. Teknologi blockchain transparan. Sehingga pihak berwajib pun dapat melacak segala macam transaksi meski terkadang membutuhkan waktu lama. "Pada tahun 2013 FBI berhasil menutup Silk Road dan membekukan bitcoin senilai RP. 44 Triliun," ujar Oham.
Selain itu, menurut Oham data pencucian uang menggunakan bitcoin enggak bisa signifikan. Persentasenya hanya berkisar kurang dari 1%, berdasarkan data yang dilansir dari elliptic.com.
Dengan demikian, metode Pencucian Uang menggunakan bitcoin bukanlah metode yang paling digemari para pelaku kejahatan. "Masih ada hal lain yang lebih efektif untuk melakukan hal tersebut," tukas Oham. (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
Spesifikasi OPPO Find X9 Mulai Bocor, Sudah Muncul di Database NBD Vietnam

iPhone 18 Pro Berencana Adopsi Desain Semi-transparan, Jadi Keputusan Paling Berani?

Vivo X300 Bakal Jadi Pesaing iPhone 17, Punya Fitur Mirip AirDrop

Casing Samsung Galaxy S26 Ultra Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan

Gucci, Balenciaga, dan Alexander McQueen Diretas, Hacker Sandera Data Pribadi Pelanggan

Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih

Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia

Ngeri Banget! OPPO Find X9 Pro Tembus Skor 4 Juta Poin di AnTuTu

iOS 26 Sudah Rilis, ini Daftar iPhone yang Kebagian Update beserta Fitur Barunya

iPhone 18 Isyaratkan Pakai Dynamic Island Lebih Kecil, Face ID Bawah Layar Belum Siap
