Ketangguhan Melawan Jerawat Berikut Ejekan Orang


Jessy, seorang pejuang melawan jerawat. (Instagram @jssy.a_)
JESSY, 22 tahun, merasa cemas terhadap tinggi dan ukuran badan, juga jerawat di mukanya. Ia agak canggung tampil di depan umum ketika jerawat sedang muncul.
“Yang paling parah itu jerawat,” ungkapnya dalam wawancaranya dengan heyglow.id. Semua itu bermula saat dirinya masih berada di kelas 1 SMP, pada masa-masa awal puber.
Baca Juga:
“Kalau dulu awal jerawatan karena emang lagi puber, dan waktu itu emang jerawat hormon jadi timbulnya gede-gede gitu dan lumayan banyak,” ungkapnya. Jerawatnya itu membuat Jessy merasa iri saat melihat teman-temannya memiliki wajah mulus.
Jessy belum begitu paham tentang jerawat, sehingga menutupinya dengan bedak, bb cream, ataupun alas bedak agar wajahnya terlihat lebih bagus. Namun, itu semua malah memperburuk jerawatnya. Jerawat-jerawat itu malah semakin banyak timbul di wajah Jessy.
Sampai-sampai jerawatnya itu membuatnya tidak percaya diri karena lingkungannya mengejek Jessy seperti jerawatan, jorok, dan jelek. Bahkan, Jessy takut untuk berfoto dari SMP hingga SMA karena jijik untuk melihat fotonya sendiri. “Jadi minim banget foto-foto aku waktu remaja, dan itu aku sesali sih,” ceritanya.

“Dulu aku punya pengalaman, kayak ada cowok ngomong kalau aku tuh jelek karena aku jerawatan, aku hitam, dan segala macem. Karena menurut dia waktu aku SD itu aku cakep. Jadi dulu dia pernah suka sama aku dan ketika aku SMP dia ngehina-hina aku gitu,” jelas Jessy membagikan pengalamannya.
Tak hanya itu, teman-temannya juga mengejeknya tanpa berpikir perkataan mereka dapat menyakiti perasaan Jessy. Bahkan, keluarga merupakan ‘rumah’nya justru ikut-ikutan membicarakan jerawat Jessy.
Cuaca, air, pikiran, serta skincare tidak cocok juga dapat menjadi penyebab atau pemicu untuk kulit dapat berjerawat. “Masalahnya itu juga bisa dari keluarga, jadi tambah tertekan gitu,” ucap Jessy.
Baca Juga:
Semua usaha Jessy untuk melawan jerawat itu sendiri menjadi perjuangan cukup lama. Menghilangkan jerawat tak cukup semalaman saja dengan menggunakan skincare mahal dan keesokan paginya hilang begitu saja. Belum lagi, skincare mahal itu ternyata tak cocok dengan wajah, bahkan malah memperburuk jerawat.
“Terus dulu sempet dibawa ke dokter juga. Mungkin waktu itu pengetahuan tentang skincare atau produk-produk alami kayak gimana gitu kurang. Jadi dibawa ke dokter dan katanya itu emang kurang cocok. Karena pengobatan skincare itu buat orang lebih dewasa, mungkin ada orang cocok tapi di aku enggak cocok,” ucap Jessy.

Sampai akhirnya, Jessy menemukan krim totol jerawat dikatakan dapat menghilangkan jerawat. Tapi, hasilnya malah seperti membakar jerawat Jessy. “Jerawatnya aku itu ilang tapi kayak gosong. Nah udah kayak gitu, aku stop kan,” jelasnya. Jessy pun berusaha mengubah lifestyle-nya dengan hidup sehat.
Dengan hidup sehat itu membantu Jessy menghilangkan jerawatnya. “Sempat ilang dan udah lebih mendingan. Tapi pas waktu mulai mau masuk kuliah itu tuh tumbuh lagi dan tambah banyak. Dikasihlah obat katanya mahal tapi ternyata enggak cocok gitu, akhirnya jerawatan lagi,” ucap Jessy.
Jerawat itu terus mengganggu kehidupannya, Jessy bertekad untuk tidak menggunakan obat-obatan. Ia mulai mencari-cari produk paling cocok untuk jerawat di media sosial, google, dan lain-lain. Akhirnya, ia menemukan salah satu produk dari negeri ginseng cocok dengannya.

“Kalau waktu itu kayak aku lupain aja, pokoknya aku udah tahu nih emang cocok buat jerawat akhirnya aku pakai aja. Kayak sekitar setahun jerawat ilang tapi buat bekas jerawatnya masih ada. Sampai aku kuliah kan 4 tahun gitu kan, sampai dua tahun ilang tapi masih kelihatan kecil-kecil”.
Bagi Jessy, hidup dengan masalah jerawat itu seharusnya tidak seberat itu. Namun, kehidupan sosial, lingkungannya terus mengejek atau menghinanya, itulah menjatuhkan percaya dirinya dan menjadikan masalah itu menjadi beban pikiran.
“Sebenernya harus dinormalkan itu, jerawatan itu normal. Yaudah kalau ada jerawat diobatin gitu loh, bukan diomongin. Dan perlu diketahui sebenernya itu kayak small thing, tapi karena diomongin terus kan jadi kepikiran terus. Daripada lu ngomongin jerawat harusnya lu kasih solusi,” ungkap Jessy merasa jerawat itu normal.
Jessy memberi saran untuk orang sedang berjuang melawan jerawatnya, “Yang penting kita harus menerima diri sendiri gitu sih itu, pertama. Kedua benar-benar harus riset dan benar-benar enggak boleh instan. Kebanyakan kalau udah desperate (putus asa) kita pasti mau jalan cepet gitu, kayak nutupin jerawat. Yang harus orang tau apalagi yang jerawatan tahu tuh itu bukan menjadi solusi”. (mic)
Baca Juga:
Kalahkan Diri Sendiri, Bukti Psoriasis Warrior Juga Jagoan Tangguh!
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
UNIQLO x POP MART: Koleksi 'THE MONSTERS' Hadirkan Labubu Cs ke Dunia Fashion

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Adidas dan Tim Audi F1 Umumkan Kerja Sama, Koleksi Terbaru Debut 2026

Wondherland 2025: Fashion & Fragrance Festival dengan Pengalaman Belanja Paling Personal

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

Giorgio Armani Meninggal Dunia, Selebritas Kenang sang Ikon Fesyen sebagai Legenda

Desainer Legendaris Italia Giorgio Armani Meninggal Dunia

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Chloe Malle Resmi Diumumkan sebagai Pengganti Anna Wintour Pimpin Vogue
