Film dengan Kearifan Lokal Warnai Perfilman Indonesia


Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak. (Foto: bookmyshow)
INDONESIA terdiri dari 742 bahasa daerah. Dari ratusan bahasa tersebut, ada fakta mengejutkan yang mengancam kelestarian bahasa daerah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menyatakan pada akhur abad ini (sekitar tahun 2090) jumlah bahasa daerah yang tersisa hanya berkisar 10 persen atau hanya 75 bahasa daerah.
Resah dengan hal tersebut, para sineas Indonesia berbondong-bondong melakukan berbagai cara untuk mengantisipasi kepunahan tersebut dengan cara membuat film berbahasa daerah. Penggunaan bahasa daerah dalam film nasional mengundang animo besar dari masyarakat. "Film berbahasa daerah membuat para penonton yang sebagian besar perantau merasa dekat dan mengobati kerinduan akan kampung halaman," ucap pengamat film, Yan Wijaya. Berikut sejumlah film berbahasa daerah yang mendapat apresiasi tinggi dari penonton dalam dan luar negeri.
1. Yowis Ben

Yowis Ben merupakan film nasional yang 80% dialognya menggunakan Bahasa Jawa Timur. Kualitas film ini tak diragukan lagi. IMDb memberi rate 9.8/10 untuk film ini. Mengambil latar tempat kota Malang, film yang dirilis pada 22 Februari 2018 di bioskop-bioskop tanah air ini menyedot perhatian penonton Indonesia yang notabenenya berasal dari Jawa Timur. Tak hanya penonton Jawa Timur, presiden Joko Widodo pun meluangkan waktunya untuk menonton film tersebut saat melakukan kunjungan ke kota Malang. Film ini telah disaksikan oleh 544.040 penonton.
Film yang dibintangi oleh Bayu Skak, Joshua Suherman, Cut Meyriska, Brandon Salim dan Tutus Thomson ini menceritakan tentang dua remaja bernama Bayu (Bayu Skak) dan Doni (Joshua Suherman) yang kerap menjadi bulan-bulanan teman satu sekolahnya. Bermodalkan kemampuan Bayu dalam bermain bass dan Doni yang bisa bermain gitar, keduanya membentuk band. Keduanya mengajak sahabatnya Yayan (Tutus Thomson) seorang tukang tabuh bedug untuk bermain drum dan Nando (Brandon Salim) sebagai kibordis. Band tersebut mereka beri nama Yowis Ben.
2. Uang Panai

Film yang mengangkat latar belakang kebudayaan Makassar-Bugis telah dinikmati 500.000 penonton saat diputar di bioskop pada 2016. Hal tersebut membuat film Uang Panai menjadi film daerah pertama yang tembus Box Office Indonesia. Salah satu pemain Uang Panai, Nurfadillah Naifa mengungkapkan bahwa saat film ini ditayangkan di Makassar, jumlah penontonnya membludak. "Orang-orang sudah antre sejak pukul delapan pagi padahal mal buka pukul sepuluh," ucap perempuan yang kerap disapa Dillah ini.
Uang Panai menceritakan tentang Anca (Ikram Noor) yang kembali bertemu mantan kekasihnya Risna (Nurfadillah Naifa). Benih-benih cinta kembali tumbuh diantara keduanya. Tak ingin kehilangan Risna untuk kedua kalinya, membuat Anca melamar Risna. Namun niat sucinya tersebut terhalang oleh syarat adat.
Dalam adat Bugis (Makassar) pihak pria harus menyiapkan uang panai (mahar) untuk pihak perempuan. Jumlahnya pun disesuaikan dengan status sosial perempuan. Anca pun harus mati-matian mengumpulkan uang demi dapat meminang Risna.
Ketika sedang berjuang, Anca harus menerima kenyataan bahwa kekasihnya dijodohkan dengan pria lain yang dianggap lebih mampu darinya. Hal tersebut sempat membuatnya merasa tertekan. Film yang disutradarai Gani Safia dan Asril Sani ini membawa warna baru dalam perfilman Indonesia karena mengangkat kearifan lokal.
3. Sekala Niskala

Mengangkat kebudayaan Bali, membuat film ini tak hanya dinikmati oleh penonton Indonesia tetapi juga penonton mancanegara. Film garapan Kamila Andini ini bahkan berhasil mendapat penghargaan dari Berlin Film Festival pada 24 Februari 2018. Sekala Niskala atau yang dalam Bahasa Inggris berjudul The Seen and Unseen ini meraih predikat film panjang terbaik. Tak hanya itu, film ini juga meraih penghargaan dari Grand Prix di Tokyo FILMeX 2017, Asia Pacific Screen Award 2017 kategori Film Remaja Terbaik, dan Golden Hanoman Aware di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2017.
Film yang menggunakan dialog berbahasa Bali ini berangkat dari tradisi dan mitos kebudayaan yang ada di Bali tentang kembar laki-laki dan perempuan (kembar buncing). Sepasang anak kembar bernama Tantri (Thaly Kasih) dan Tantra (Gus Sena) belajar mengenai makna perpisahan. Tantri harus menghadapi kenyataan bahwa Tantra mengalami sakit keras. Selain menampilkan adat Bali, film ini juga menonjolkan unsur kesenian Bali nan magis dan eksotik. Hal tersebut divisualisasikan dengan tarian-tarian dengan gerakan apik.
4. Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak

Mouly Surya selaku sutradara film Marlina Si Pembunuh Empat Babak menyuguhkan genre baru dalam perfilman Indonesia yang disebut Satay Western. Di luar negeri, film bertema koboy menggunakan nama makanan khas dari negara masing-masing sebagai nama genre film. Misalnya, Spaghetti Western untuk film koboy di Italia atau Kimchi Western di Korea Selatan. Makanan khas Indonesia adalah satay, sehingga di Indonesia film ini disebut Satay Western. Meski menggunakan nama western, film ini kental akan adat dan tradisi daerah. Film ini seluruhnya menggunakan dialog berbahasa NTT.
Sebelum resmi diputar di Indonesia pada 16 November 2017, film yang mengambil latar tempat Sumba ini telah lebih dulu melanglang buana di kancah internasional di antaranya Cannes, New Zealand, Toronto, Busan, Melbourne dan Maroko.
Film ini menyabet juara di Festival International du Film de Femmes de Sale, Maroko dan Asian NestWave, Filipina. Marsha Timothy selaku pemeran Marlina pun mendapat penghargaan di Sitges International Fantastic Festival sebagai aktris terbaik.
Film ini menceritakan tentang perempuan Sumba bernama Marlina (Marsha Timothy) yang harus menjalani kehidupan keras setelah suaminya meninggal. Harta bendanya ludes dibawa kawanan perampok. Tak hanya itu, ia juga diperkosa oleh ketua perampok tersebut, Markus (Egi Fedly). Tak tahan terus ditindas, ia melakukan perlawanan dengan memenggal kepala Markus saat sedang memperkosanya. (avia)
Bagikan
Berita Terkait
Film 'Si Paling Aktor': Ketika Figuran Mendapatkan Sorotan Utama

Baby Yoda Kembali, 'Star Wars: The Mandalorian & Grogu' Tayang 22 Mei 2026

Jejak Masa Lalu dan Teror Fotografi dalam Film Horor 'Shutter', Dibintangi Vino G. Bastian dan Anya Geraldine

Film 'Keadilan (The Verdict)' Tayang di Bioskop 20 November 2025, Simak Sinopsis hingga Fakta Menarik di Balik Produksinya

'Demon Slayer: The Movie - Infinity Castle' Kembali Pimpin Chart Box Office AS, Jadi Film Anime Terlaris Sepanjang Masa

Suzzanna Universe Berlanjut, 'Santet Dosa di Atas Dosa' Segera Meneror Bioskop

Tom Holland Alami Gegar Otak Ringan, Syuting 'Spider-Man: Brand New Day' Dihentikan Sementara

Skenario Ditulis Edwin dan Eka Kurniawan, Bagaimana Sinopsis Film Horor Fantasi 'Monster Pabrik Rambut’?

Ketika Ibu Hadir Kembali Lewat Teknologi AI, Film 'Mothernet (Esok Tanpa Ibu)' Siap Tayang di Bioskop 22 September 2025

Dari Gunung Bersalju ke Benteng Angker, Kisah Film Horor Mendatang Netflix ‘The Boy in the Iron Box’
