Bukan Hanya Soal Monster, ‘Sweet Home’ Ajarkan Tentang Solidaritas


Sweet Home terdiri dari 10 episode. (Foto: But Why Tho A Gee Community)
KALAU kamu buka pencarian di Netflix, tayangan yang paling sering dicari saat ini adalah Sweet Home. Serial garapan sutradara Lee Eung-bok ini lagi ramai dibicarakan. Penggemar genre thriller pasti menyukai film ini. Eung-bok pun buka-bukaan soal serial terbarunya ini.
Eung-bok dikenal lewat serial televisi laris Descendants of the Sun (2016), Guardian: The Lonely and Great God (2016), dan Mr. Sunshine (2018). Ketiga serial ternama itu merupakan cerita cinta antara dua sejoli. Dua tahun kemudian, Eung-bok keluar dari zona nyaman dengan menggarap genre thriller, Sweet Home.
Baca juga:

Dalam wawancara dengan Yonhap, sutradara mengatakan serial terbarunya ini sama-sama seru dan menyenangkan seperti sebelumnya.
“Ini kisah monster, tapi bukan cuma soal monster. Ini bercerita tentang tetangga-tetangga yang berjuang melawan musuh tak terbayangkan dalam solidaritas,” kata Eung-bok.
Sweet Home merupakan serial yang diangkat dari webtoon populer berjudul sama karya Kim Kan-bi dan Hwang Young-chan. Terdiri dari 10 episode, serial ini menceritakan tentang remaja bernama Hyun-soo (Song Kang) yang tinggal di apartemen Green Home setelah kehilangan keluarganya dalam kecelakaan.
Suatu ketika, manusia-manusia mendadak berubah menjadi monster. Akhirnya remaja tu bekerja sama dengan tetangga-tetangganya di apartemen untuk melawan monster demi bertahan hidup.
Genre thriller mungkin asing bagi Eung-bok mengingat ia juga pernah menciptakan drama remaja populer seperti Dream High (2011).
Baca juga:
“Dalam cerita, monster menampilkan hasrat manusia. Ini tentang bagaimana monster diciptakan dan berkembang lebih jauh,” kata Eung-bok.
Serial ini manusia tidak menjadi monster karena penyakit, sebagaimana kisah zombie atau monster lainnya. Transformasi menjadi monster justru disebabkan hasrat mendalam manusia. Contohnya, monster protein melambangkan obsesi manusia yang ingin punya kondisi fisik fit dan sempurna.
Eung-bok tidak berfokus pada konflik yang terjadi antara manusia dan monster. Dia lebih berkonsentrasi kepada bagaimana manusia merespons dan menghadapi manusia lain yang berubah menjadi monster.
Ia berkolaborasi dengan kru visual efek internasional seperti Legacy Effects, yang bekerja untuk film Avatar dan Avengers. Pengeluaran terbesar dari dana pembuatan Sweet Home adalah 3 miliar won atau sekitar Rp38 miliar hanya untuk satu episode, khususnya pada efek visual.
Eung-bok kini sedang menyutradarai serial TV lain berjudul Cliffhanger atau Jirisan yang dibintangi Jun Ji-hyun serta Ju Ji-hoon. Serial itu rencananya tayang tahun depan. (and)
Baca juga:
Diadaptasi ke Drama Korea, ‘The Secret of Angel' dan ‘Sweet Home’ Tayang Bulan Ini
s
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Faza Meonk Buka Peluang 'Si Juki x Black Jack: Operasi di Kyokarta' Bakal Dibikin Film

Dari Horor Komedi hingga Psikologis, Sederet Film ini Bisa Masuk Daftar Tontonan di September 2025

Robert Redford Meninggal Dunia, Rekan Aktor Sebut ‘Salah Satu Singa telah Pergi’

Aktor Legendaris Robert Redford Meninggal di Usia 89 Tahun

Angelina Jolie Comeback dengan Film Adaptasi Novel 'Anxious People', Intip Sinopsisnya

'Super Mario Galaxy Movie', Petualangan Baru Mario Siap Mendarat di Bioskop 2026

Dibintangi Maxime Bouttier dan Lutesha, Film 'Lavender Marriage' Memotret Rahasia Besar Hubungan Toxic Selebritas

Film Biografi Kreator Bumble 'Swiped' akan Rilis di Disney+, Simak Sinopsisnya

Emmy Awards 2025, ‘The Pitt’ Raih Penghargaan Drama Terbaik dan ‘The Studio’ Pecahkan Rekor Komedi

Emmy Awards 2025, Nominasi dan Pemenang Lengkap
