Bikin Sakit, Garuda Indonesia Harus Tutup Penerbangan ke Eropa


Garuda Indonesia. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Bisnis penerbangan domestik masih terbuka lebar bagi PT Garuda Indonesia dengan mengelola pasar premium dan korporasi agar kinerja keuangannya kembali membaik.
Saat ini, dari data Menteri BUMN Erick Thohir, konsumen Garuda Indonesia didominasi penumpang tujuan daerah sebanyak 78 persen dengan pendapatan mencapai Rp1.400 triliun. Sementara jumlah penumpang tujuan luar negeri tercatat hanya sebesar 22 persen dengan perolehan Rp300 triliun.
Baca Juga:
DPR Ingin Garuda Indonesia Diselamatkan
Selain itu, rute internasional yang menguntungkan bagi Garuda hanya Jepang dan ASEAN. Rute Eropa sejak puluhan tahun selalu rugi.
"Konsep Garuda full service, sehingga konsentrasi ke market premium dan korporasi. Potensi pasar korporasi bisa mencapai 15 ribu perusahaan, tapi itu belum digali karena 10 ribu sisanya cenderung naik maskapai lain," kata kata Pengamat penerbangan Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati, di Jakarta,Kamis (4/6)
Arista menjelaskan, korporasi yang telah menandatangani kontrak kerja sama dengan Garuda Indonesia mencapai 5.000-an perusahaan. Para pejabat setingkat manajer menggunakan maskapai ini untuk melakukan perjalanan kerja dan bisnis. Pasar korporasi ini sangat bergantung dengan ketepatan waktu karena mobilitas mereka yang padat menuntut kejelasan jadwal penerbangan.
Selain ketepatan waktu, unsur kejelasan asuransi dan kelengkapan alat keselamatan juga menjadi poin penting yang menjadi perhatian konsumen saat menggunakan maskapai Garuda Indonesia.
"Kalau naik maskapai non Garuda itu kebanyakan telat, mereka enggak mau. Misalnya pemerintah daerah ada rapat dengan pejabat di Jakarta mereka naiknya Garuda, ketepatan waktu yang dicari konsumen kelas atas dan korporasi," kata Arista.

Ia menyampaikan, rencana pemerintah yang ingin menjadikan Garuda Indonesia untuk fokus pada bisnis penerbangan domestik merupakan keputusan tepat karena jumlah penumpang tujuan daerah lebih banyak ketimbang penumpang tujuan luar negeri.
Arista menyarankan, agar Garuda Indonesia menghentikan penerbangan menuju Eropa karena itu membuat kinerja keuangan perseroan menjadi tak sehat. Manajemen Garuda harus memilih rute-rute internasional yang menguntungkan saja.
"Rute internasional tetap dipertahankan tapi dipilih yang untung, seperti rute Jepang, sebagian rute China, ASEAN, atau Australia satu dua kota cukup, Jeddah dan Madinah. Jadi di sebelah barat Madinah enggak usah terbang lagi. Dulu terbang ke London, Abudabi, Dubai, Amsterdam, Munchen, Bayern, Roma kini enggak usah, itu bakar duit bikin Garuda sakit," ujarnya dikutip Antara. (*)
Baca Juga:
Garuda Indonesia Terlilit Hutang Rp70 Triliun dan Kas Negatif Rp41 Triliun
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Garuda Operasikan 70 Rute Penerbangan Dengan Tingkat Keterisian 78 Persen, Knock Off Rute Tidak Menguntungkan

Pemerintah Disebut Langgar Putusan MK, Tetap Lantik Wamen sebagai Komisaris BUMN

Joao Angelo Buka Peluang Batal Mundur dari Jabatan Dirut BUMN Agrinas Pangan

Menkeu: Penyaluran Rp 200 T ke 5 Bank BUMN untuk Genjot Kredit Rakyat

Ingin Fokus Bisnis Migas, Pertamina Bakal Gabungkan Pelita Air ke Garuda Indonesia

Mensesneg Tegaskan Pemerintah Hormati Putusan MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN

Presiden Prabowo Hilangkan Bonus Komisaris BUMN: Enak di Lo, Ga Enak di Rakyat!

DPR Bongkar Akal-akalan Komisaris BUMN yang Dapat Bonus Miliaran, Dukung Langkah Prabowo Habisi Tantiem

Prabowo Mau Bos BUMN Tak Lagi Dapat Tunjangan Miliaran, DPR: Bisa Dialihkan untuk Program Pro Rakyat

Anggota DPR Gus Rivqy Dukung Langkah Prabowo Hapus Tantiem Komisaris BUMN
