Badai PHK Startup Masih Terus Terjadi, Ini Alasannya


Startup kini sedang 'babak belur'. (Unsplash/Mario Gogh)
SEJUMLAH asosiasi di bidang digital menilai fenomena badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan rintisan (startup) masih berpotensi terjadi pada 2023 ini, mengingat kondisi global belum sepenuhnya membaik. Sejumlah tanda juga mulai terlihat pada awal tahun ini.
Sebut saja JD.ID yang memutuskan hengkang dari pasar Indonesia sejak pertama kali menyentuh Tanah Air pada 2015 lalu. Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan bersama Indonesia (AFPI) Adrian Gunadi mengatakan, bahwa faktor utamanya adalah risiko inflasi maupun resesi global yang mungkin terjadi tahun ini.
"Inflasi dan bayang-bayang resesi global yang diprediksi akan menghantam 2023 ini sangat memungkinkan menjadi alasan perusahaan startup mengambil ancang-ancang sehingga melakukan efisiensi," kata Adrian seperti dikutip ANTARA.
Baca juga:
Startup Dorong Pertumbuhan Bisnis UMKM di Indonesia dan Asia Tenggara

Mantan Vice Chairman Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) ini menjelaskan bahkan perusahaan raksasa seperti Amazon juga perlu melakukan efisiensi dengan cara mengambil kebijakan PHK untuk menjaga profit dan keseimbangan keuangan perusahaan.
Oleh karena itu, Adrian Gunadi menyarankan agar para pekerja startup untuk meningkatkan kompetensi dan keahlian agar mampu dipertahankan perusahaan. Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Startup Indonesia (Atsindo) Handito Joewono mengatakan, efisiensi ini sejatinya sudah direcanakan dari bertahun-tahun lalu.
Namun, berbagai alasan menyebabkan rencana itu urung dilakukan, termasuk karena pandemi COVID-19 nan merebak tiga tahun lalu. Handito menjelaskan, ini merupakan fenomena gunung es, dan sudah lama ditahan-tahan namun tak pernah dilakukan.
"Namun mau tidak mau akhirnya harus dilakukan," imbuhnya.
Baca juga:
Lenovo Indonesia Gaungkan Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital

Ekspektasi perusahaan startup digital yang terlalu besar beberapa tahun belakangan telah membuat banyak platform melakukan ekspansi dan merekrut lebih banyak pekerja. Namun, pada kenyataannya permintaan pasar yang tak sesuai harapan membuat perusahaan merugi.
"Salah satu contohnya Metaverse, respon pasar pada saat itu sangat baik, banyak yang memuji, namun meski begitu pada kenyataannya sedikit sekali pasar yang mau membeli, padahal mereka sudah terlanjur melakukan ekspansi besar-besaran," ungkap Handito.
Kendati demikian, menurut Handito, bukan berarti industri teknologi digital semakin hari kian menurun, karena hal ini merupaka siklus yang wajah terjadi dalam bisnis. Handito juga memberikan solusi kepada para pekerja di bidang teknologi untuk banting setir merintis bisnis sendiri di bidang digital. (waf)
Baca juga:
Unik, Startup Produksi Daging Berbasis Udara
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
Gen Z Juga Suka Nabung, Simpan Uang di Dompet Digital

Komunal Dorong Diversifikasi Cerdas lewat Deposito BPR

Ramalan Zodiak 13 April 2025: Cinta dan Keuangan, Apakah Saling Mengisi atau Justru Menjadi Beban?

Ramalan Zodiak 11 April 2025: Cinta, Karier, dan Keuangan Anda Hari Ini

Ramalan Zodiak 10 April 2025: Tantangan Asmara, Keuangan, dan Keluarga

BTS Terlalu Lama Hiatus, Perusahaan HYBE Rasakan Penurunan Finansial

Ramalan Zodiak 26 Februari 2025: Pengaruh Cinta dan Kesehatan dalam Keputusan Finansial

Tips Kelola Keuangan untuk Aquarius, Wajib Bikin Perencanaan Biar Enggak Boncos

Menilik Potensi Finansial untuk Zodiak Aquarius dan Capricorn di 2025, Bisa Cuan Sepanjang Tahun

Asal-Usul No Buy Challenge, Tantangan yang Bikin Saldo Tersenyum di Tengah Kenaikan Harga Januari 2025
