7 Metode Komposter Olah Sampah Organik yang Bisa Dilakukan di Rumah


Pengelolaan sampah organik. (Humas Bandung)
MEMILAH atau bahkan mengolah sampah dari rumah sudah menjadi gaya hidup yang harus diterapkan di masyarakat.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, yakni mencapai 60% dari total sampah tak terkecuali di Kota Bandung.
Baca Juga:
Budayakan Membersihkan Sampah Sendiri Setelah Nonton Bioskop

Salah satu cara pengolahan sampah dari rumah yang dikampanyekan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung (DLH Kota Bandung) adalah kompos rumahan.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudy Prayudi banyak metode untuk membuat kompos rumahan.
Menurutnya, mengolah sampah organik menjadi kompos bukan hanya dapat mengurangi sebagian besar sampah tapi juga dapat bernilai ekonomis.
"Mengolah sampah organik menjadi kompos bisa menjadikan sampah sebagai bahan bernilai ekonomi. Baik itu secara langsung maupun tidak langsung," katanya pada Minggu (14/05).
Berikut beberapa metode kompos rumahan yang dikenalkan DLH Kota Bandung;
Biopori
Biopori adalah metode kompos yang letaknya di dalam tanah. Biopori dibuat dengan menggunakan pipa paralon dengan diameter 10 cm yang dilubangi kecil-kecil (pori-pori) dan dimasukkan secara vertikal ke dalam tanah sedalam 1 meter.
Komposter Karung
Komposter ini cocok untuk yang memiliki banyak sampah organik. Ukurannya berkisar mulai dari 60-200 liter. Jenis sampah yang dimasukkan lebih baik dari hasil kebun seperti daun, ranting, dan sebagainya.
Baca Juga:
Upaya Pegiat Food Waste Konsisten Merdekakan Indonesia Bebas Sampah Makanan

Komposter Drum
Paling populer dan cocok digunkan di lahan terbatas ataupun dalam ruangan. Komposter ini menggunakan drum plastik (metal) yang dilubangi untuk mendapatkan sirkulasi udara (aerob).
Komposter Pot atau Gerabah
Gerabah memiliki sifat yang menghasilkan oksigen sehingga memberikan sirkulasi udara yang lebih baik dibanding memakai plastik. Saat kompos pada gerabah sudah penuh bisa langsung dipanen.
Lodong Sesa Dapur (Loeseda)
Mirip seperti model biopori, metode loseda ini dibuat dengan pipa berlubang setinggi 120 cm dn ditanam di kedalaman 30-40 cm. Loseda sangat populer di Kota Bandung.
Eco-Enzyme
Hasil dari fermentasi limbah dapur organik, seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula merah, gula coklat atau gula tebu), dan air. Hasil akhir dari Eco Enzyme adlh cairan berwarna kecoklatan dengan aroma asam segar yang bisa digunakan sebagai permbersihan rumah, pupuk, insektisida dan lain-lain.
Keranjang Takakura
Pertama kali dikenalkan oleh Toji Takakura di Surabaya. Komposter ini menggunakan keranjang cucian bekas yang berlubang dan dilapisi kardus bekas. (Imanha/Jawa Barat)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Spesifikasi OPPO Find X9 Mulai Bocor, Sudah Muncul di Database NBD Vietnam

iPhone 18 Pro Berencana Adopsi Desain Semi-transparan, Jadi Keputusan Paling Berani?

Vivo X300 Bakal Jadi Pesaing iPhone 17, Punya Fitur Mirip AirDrop

Casing Samsung Galaxy S26 Ultra Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan

Gucci, Balenciaga, dan Alexander McQueen Diretas, Hacker Sandera Data Pribadi Pelanggan

Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih

Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia

Ngeri Banget! OPPO Find X9 Pro Tembus Skor 4 Juta Poin di AnTuTu

iOS 26 Sudah Rilis, ini Daftar iPhone yang Kebagian Update beserta Fitur Barunya

iPhone 18 Isyaratkan Pakai Dynamic Island Lebih Kecil, Face ID Bawah Layar Belum Siap
