Namun kini, Laweyan tak sekadar jadi sentra batik. Daerah ini menjelma menjadi destinasi wisata dengan berbagai pesona. Kampung kuno dengan arsitektur unik sudah pasti menarik mata pengunjung. Bangunan di Laweyan banyak dipengaruhi gaya arsitektur Eropa dan Islam, sehingga banyak bermunculan bangunan bergaya arsitektur Indisch (Jawa–Eropa) dengan fasad sederhana berorientasi ke dalam, fleksibel, berpagar tinggi, lengkap dengan lantai yang bermotif karpet khas Timur Tengah.
Tembok-tembok tinggi melindungi setiap rumah di Laweyan. Hal itu menjadi ciri khas daerah tersebut. Akibatnya, gang-gang sempit terbentuk di sela-sela rumah saudagar batik Laweyan. Tembok tinggi dibangun bukan tanpa alasan. Itu berguna melindungi usaha mereka juga menjaga privasi.
Bangunan rumah saudagar biasanya terdiri dari pendopo, ndalem, sentong, gandok, paviliun, pabrik, beteng, regol, dan halaman depan rumah yang cukup luas dengan orientasi bangunan menghadap utara-selatan. Atap bangunan kebanyakan menggunakan atap limasan.
Meskipun bangunan rumah warga Laweyan cenderung besar dan megah, mereka bukanlah keturunan bangsawan. Hubungan yang erat dengan kraton melalui perdagangan batik serta didukung dengan kekayaan yang ada, membuat corak permukiman di sana terlihat layaknya rumah bangsawan Jawa.
Baca Juga: