6. Sugugan dalam Upacara Adat Ulaon Matumona

Salah satu prosesi dalam upacara adat Uloan Matumona. (Screenshoot YouTube)
Salah satu prosesi dalam upacara adat Uloan Matumona. (Screenshoot YouTube)

Menurut Opung Jafaris terdapat 21 jenis suguhan yang nantinya akan dikonsumsi atau di-patumona bersama-sama oleh peserta Ulaon Matumona, di antaranya kambing putih, ayam putih, ayam merah merah, ayam hitam putih, dekenehura (ikan mas), ita putih, ita gurgur dan hino pingan.

Untuk batang pohon yang bakal dipakai sebagai Borotan pun tentu ada kriterianya.

"Harus tumbuh sendirian dalam radius 20 meter, yang artinya kalau dia nanti tumbang tidak merusak kayu yang lain," kata Opung Jafaris.

"Ukurannya harus sebesar orang gemuk, dengan panjang tiga meter. Satu meter ditanam, satu meter lepas, dan satu meter di atasnya dipasangi jagar zagar (semacam sesajen yang disematkan ke bagian atas batang Borotan). Satu meter yang lepas itu nanti buat tempat ikat kerbau," ujarnya menambahkan.

Untuk kerbau yang nantinya bakal dikorbankan juga tak kalah rumit syaratnya yakni harus memiliki dua belang di leher, empat pusaran yang di bagian depannya harus sejajar tembus antara sisi kanan dan kiri dengan usia sudah mencapai enam tahun.

Kemudian tanduk si kerbau harus berdiri tegak dan tidak boleh terdapat pusaran di kepala maupun di dekat ekor.

"Ekornya harus makorus, bukan madungdung. Artinya harus menjuntai hingga ke bawah lutut kerbau. Kalau madungdung itu berarti kerbaunya masih marsai, kurang sempurna," katanya.

7. Tradisi yang Melibatkan Semua Masyarakat

Salah satu prosesi dalam upacara adat Uloan Matumona. (Screenshoot YouTube)
Salah satu prosesi dalam upacara adat Uloan Matumona. (Screenshoot YouTube)

Prasmanan swadaya Kendati dihadirkan sebagai sebuah kegiatan budaya yang dilakukan dalam rangkaian Festival Tenun Nusantara 2018, Ulaon Matumona di Muara tak meninggalkan aspek paling penting yang menjiwainya yakni sarana bersyukur dan meminta keselamatan serta kesejahteraan bersama-sama.

Oleh karena itu, hampir seluruh masyarakat Muara terlibat di dalamnya, bersumbangsih dengan apa saja yang bisa mereka berikan demi terlaksananya Ulaon Matumona.

Tumpak Hutabarat mengaku hal itu serupa dengan apa yang dilakukan pada masa lampau, bahwa prosesi Ulaon Matumona berlangsung ditanggung biaya swadara masyarakat.

"Jadi karena mereka konsepnya per marga, ada yang menyumbangkan uang, ada yang menyumbangkan beras. Setahun sekali semua orang bersyukur, karena kadar bersyukur tidak cuma ditakar dari kesehatan semata, tapi bisa juga keamanan maupun hasil panen yang melimpah," kata Tumpak.

Kehadiran masyarakat Muara juga dipastikan oleh Upung Jafaris dalam Ulaon Matumona kali ini.

"Kehadiran masyarakat Muara itu ada masing-masing. Yang punya uang menyumbangkan agar pesta ini jadi, yang lainnya bisa berkontribusi secara otak, doa, semua harus terlibat, karena ini untuk kita semua," tegas Opung Jafaris.

Muara hari-hari ini mengamalkan kembali peribahasa Batak, arga do bona ni pinasa yang artinya tanah leluhur bernilai tinggi, dan apa lagi yang bisa dilakukan untuk menjaga nilai tanah leluhur selain melestarikan tradisi yang dimiliki? (zul)

Baca Juga: Mengenalkan Kembali Pewarna Alami Benang Tenun Bagi Kamu Penggemar Tren Eco-Fashion!