Menyusun rekomendasi dari beberapa orang tentu bukan hal yang mudah. Meskipun demikian, Kevin dan kontibutor dalam buku ini sepakat bahwa dibutuhkan karya tulis yang membuat melek mata bahwa Jakarta ialah kota makanan. "Bukan dari sudut pandang kami, melainkan dari sudut pandang warganya sendiri," ujar Kevin.
Kevin mengatakan konsep buku ini amat cocok sebagai food-travel guide yang memang sekarang cukup digemari banyak orang di seluruh dunia, mulai dari traveller sampai orang biasa. "Rupanya masih banyak yang butuh panduan untuk melakukan eksplorasi rasa di Ibu Kota," jelas Kevindra yang sebelumnya pernah melahirkan dua buku masakan, Adiboga Khas Eropa dan Jakarta Streetfood.
Lebih jauh, ia bercerita tentang hal-hal menarik saat proses pembuatan buku ini. "Saat mengumpulkan kontennya amat seru. Kami berkesempatan bertemu langsung bahkan asyik ngobrol sambil makan dengan banyak personality di Jakarta dengan daerah yang terpencar di penjuru kota," ujarnya.
Rupanya, kata Kevin, setiap tokoh punya pilihan tempat makan yang sangat unik atau bahkan sama dengannya dan Natasha. Selain proses wawancara, ia menyebut pengambilan foto juga cukup melelahkan. "Seperti contohnya foto Bakmi dari Yen Rahardja. Wilayah Jakarta Barat itu kan besar dan bakmi pilihan beliau tersebar di beberapa penjuru. Jadilah saya mesti keliling untuk pesan dan foto bakmi tersebut. Sangat seru. Lalu menentukan jadwal wawancara narasumber juga sangat menantang, ya rupanya. Menyelipkan semuanya jadi satu merupakan yang tersulit," jelasnya.
Biarpun prosesnya rumit dan menantang, Kevin berhasil menyajikan buku Top Tables: A Food Traveller’s Companion ini dengan baik sehingga mudah dibaca. Rekomendasi kuliner dibagi per kotamadya yang ada di Jakarta. Dalam setiap wilayah, akan dibagi lagi dalam kategori yang cocok dengan wilayah tersebut. Misalnya, di Jakarta Selatan banyak kategori lifestyle seperti after hours dan fine Dining atau di Jakarta Utara dan Barat banyak didominasi comfort food.
"Setelah kami mapping semua wilayah dan kategori, baru kami kira-kira siapa narasumber yang mungkin cocok dengan kategori dan wilayah tersebut. Merekalah yang memilih tempat makan yang ada di dalam buku," jelasnya.
Di dalamnya, kamu bisa menemukan rekomendasi dari narasumber yang sangat beragam mulai dari chef, selebritas, seniman, arsitek, pengusaha, hingga kritukus. "Kami justru tidak mau semua selalu food oriented, karena ide buku ini ialah mengumpulkan rekomendasi tempat makan dari latar belakang yang berbeda. Kami listing down dari puluhan narasumber, angka awal bahkan sampai 70. Setelah itu, kami kurasi lagi siapa saja yang dirasa cocok," katanya.