Meremas kedua ... Ya sudahlah, ya, tidak usah dibahas. Pokoknya, Sulastri kembali dinodai oleh seorang lelaki.
Sadis memang, satu hari Sulastri sudah ditiduri oleh dua lelaki jahanam. Siapa pun orang yang tahu akan kemalangan Sulastri, pasti akan segera menolongnya. Menyelamatkan Sulastri dari jurang kehancuran. Karena sungguh adanya, Sulastri itu adalah janda yang sangat cantik, cantik seperti artis Kinanti Putri Ananta dari Negeri Sebelah. Entah sebelah mana. Pokoknya, sebelah.
Ya, kembali ke cerita Sulastri yang seperti sengaja dipotong.
Setelah puas menikmati tubuh Sulastri yang begitu putih nan bersih, sang juragan laknat memberikan upah kepada Sulastri sebesar seratus tujuh puluh lima perak. Agak lumayan besar memang. Namun, sekali lagi tetap, tidak bisa mengobati luka Sulastri pada hari itu, belum tentu dengan hari selanjutnya.
Benar saja, hari berganti hari cepat sekali. Menggilas waktu seperti terburu. Adapun Sulastri, janda yang sempat teraniaya ternyata sekarang sudah menikmati setiap belaian pelanggan yang datang. Sulastri mendadak menjadi pujaan. Tidak sedikit pelanggan memilih Sulastri sebagai teman berkencan. Bahkan, hari ini Sulastri ingin disewa satu hari penuh oleh seorang juragan dodol dari desa Kincot. Namun, ditolak mentah-mentah oleh sang kembang panti pijat.
Sulastri yang sudah seperti candu, minimal melayani tujuh sampai sembilan lelaki binatang. Parah sudah sekarang Sulastri. Penulis benar-benar tidak menyangka dengan Sulastri yang saat ini.
Tapi, apa mau diperbuat, semua ini sesungguhnya memang bukan kesalahan milik Sulastri sepenuhnya. Bisa jadi, memang jalan Tuhan yang tidak bisa ia hindari. Dan tidak menutup kemungkinan juga, kelak ia akan menjadi seperti artis Dinda Larasati, yang dulu adalah boomsex, tapi bertaubat dan menjadi seorang penyebar dakwah kenamaan. Bisa jadi, 'kan?
Kalau Tuhan mau berkehendak, siapa pun makhluk tidak akan ada yang mampu menahannya.
Sampai pada suatu ketika, beberapa tahun kemudian, Urip yang dulu masih delapan bulan kini sudah berumur tiga tahun jalan. Sulastri, iya Sulastri.. Berkat kerjanya yang seperti itu, sekarang sudah mempunyai hidup yang layak, meskipun tetap menjanda.
Menatap Urip yang sedang tertidur dengan kasih sayang yang teramat. Sulastri merenung, lalu meneteskan air mata. Sambil mengangkat tanganya Sulastri berkata, "Tuhan, aku adalah pelacur jalang. Lantas, bagaimana Tuhan? Tolong bimbing dan selamatkanlah aku."