3. Batra

Batra bisa dimasak dengan cara ditumis. (Foto: facebook.com/why.stiee)
Batra bisa dimasak dengan cara ditumis. (Foto: facebook.com/why.stiee)

Batra disebut-sebut sebagai kuliner ekstrem dari Mentawai karena berbahan utama ulat sagu. Penganan ini seperti ditemukan di wilayah timur Indonesia terutama Papua. Ulat sagu bisa dimakan langsung hidup-hidup atau diolah sederhana seperti dibakar.

Ulat sagu atau larva kumbang merah biasanya hidup dalam batang sagu yang membusuk. Bentuknya gemuk-gemuk sebesar jempol orang dewasa. Batra biasanya diolah lebih dahulu sebelum dikonsumsi. Bisa dibakar, ditumis dengan bumbu, atau direbus lalu dikonsumsi bersama sagu.

4. Toek

Teok masih dalam kayu. (Foto: facebook.com/ferni.cutegirl)
Teok masih dalam kayu. (Foto: facebook.com/ferni.cutegirl)

Sama seperti batara, toek juga merupakan makanan ekstrem dari Mentawai. Toek merupakan sejenis ulat yang berasal dari kayu tumung. Biasanya masyarakat memanen toek di sungai-sungai. Teok hidup dalam batang pohon tumung yang dipotong lalu direndam dalam sungai berbulan-bulan.

Toek disebut-sebut makanan ekstrem karena biasa dimakan dalam keadaan hidup-hidup hanya setelah mencucinya dari kotoran kayu. Toek hidup dalam di ronga-tongga kayu yang sudah membusuk. Bentuk toek panjang dengan warna putih. Potongan kayu terlebih dahulu di belah kecil-kecil. Toek dicabut berlahan-lahan dari rongga-rongga kayu. (*)

Baca juga berita lainnya dalam artikel: Silio Guro, Udang Giling Maknyus dari Tanah Nias