Batra disebut-sebut sebagai kuliner ekstrem dari Mentawai karena berbahan utama ulat sagu. Penganan ini seperti ditemukan di wilayah timur Indonesia terutama Papua. Ulat sagu bisa dimakan langsung hidup-hidup atau diolah sederhana seperti dibakar.
Ulat sagu atau larva kumbang merah biasanya hidup dalam batang sagu yang membusuk. Bentuknya gemuk-gemuk sebesar jempol orang dewasa. Batra biasanya diolah lebih dahulu sebelum dikonsumsi. Bisa dibakar, ditumis dengan bumbu, atau direbus lalu dikonsumsi bersama sagu.
4. Toek
Sama seperti batara, toek juga merupakan makanan ekstrem dari Mentawai. Toek merupakan sejenis ulat yang berasal dari kayu tumung. Biasanya masyarakat memanen toek di sungai-sungai. Teok hidup dalam batang pohon tumung yang dipotong lalu direndam dalam sungai berbulan-bulan.
Toek disebut-sebut makanan ekstrem karena biasa dimakan dalam keadaan hidup-hidup hanya setelah mencucinya dari kotoran kayu. Toek hidup dalam di ronga-tongga kayu yang sudah membusuk. Bentuk toek panjang dengan warna putih. Potongan kayu terlebih dahulu di belah kecil-kecil. Toek dicabut berlahan-lahan dari rongga-rongga kayu. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Silio Guro, Udang Giling Maknyus dari Tanah Nias