Menyinggung soal keamanan, menurutnya, aman zaman saat ini. Zaman dahulu tidak aman dengan adanya kebrutalan preman dan aksi palak oleh orang-orang yang merasa kuat dan gagah. Belum lagi lokasi itu sering dijadikan tempat para pemabuk dan penjudi.
Para pemabuk dan para perempuan malam ada di tempat itu. Bahkan, dulu dalam sehari, dua sampai tiga kali sering terjadi keributan. Entah apa yang diributkan, mungkin mulai dari perebutan wilayah hingga pengaruh alkohol.
Tapi, ia mengaku tidak ambil pusing. Tujuannya merantau ke Sumatera dari Jawa hanya untuk mengadu nasib. Ia juga tidak terpengaruh dengan suasana yang brutal saat itu. Baginya uang dan keluarga adalah tujuan utamanya.
Hal yang sama dikatakan juga oleh pedagang lainnya, Musaiman, yang sudah termasuk cukup lama beraktivitas di pasar itu.
Ia juga mengungkapkan bahwa Pasar Mambo dulu adalah pasar yang suram dan kumuh.
Sekarang saja, ia menyebutnya sudah agak mendingan. Sebenarnya sekarang juga sebutannya masih Pasar Mambo karena plangnya sendiri masih nama Pasar Mambo.
"Karena kebanyakan orang menyebut Pasar Kangkung, maka terkenalnya saat ini sebagai Pasar Kangkung," kata penjual nasi uduk yang lapaknya bersebelahan dengan Nardi itu.
Obrolan terakhir dengan Musaiman menunjukkan waktu pukul 02.00 WIB.
Sunardi dan Musaiman juga terlihat sedang mengemas barang-barang dagangannya untuk bersiap-siap pulang dan beristirahat guna mengumpulkan tenaga untuk berdagang kembali nanti malam serta berharap banyak pembeli yang datang.
Pengamatan di lapangan, Pasar Mambo masih bisa dijadikan lokasi wisata malam, khususnya wisata kuliner karena beragam hidangan, seperti aneka makanan hasil laut yang segar bisa menjadi pilihan utama.
Tidak sulit mendapatkan bahan baku aneka kuliner tersebut. Belum lagi, aneka kuliner dari beberapa daerah lain juga tersedia di tempat itu. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Akhir Pekan di Rumah? Yuk, Coba Tiga Resep Mewah Salted Egg Ini