Selain tingginya biaya transpor, perumahan, utilitas, dan perawatan diri, beberapa faktor juga membuat biaya hidup di sebuah kota meningkat. Seperti yang terjadi di London. Kenaikan harga-harga di tingkat domestik membuat London naik 8 posisi ke peringkat 22. Selain itu, Kota San Fransisco juga jadi makin mahal untuk ditinggali. Kota di AS itu naik 12 posisi ke peringkat 25.
Roxana Slavcheva, editor survei tersebut, mengatakan mereka melihat ada kesamaan dalam biaya di kota-kota yang memang dikenal mahal, seperti Paris, Singapura, Zurich, Jenewa, Kopenhagen, dan Hong Kong. "Ini bukti dari globalisasi dan kemiripan dalam hal selera dan pola belanja," jelas Slavcheva.
Selain itu, Slavcheva juga mencatat adanya penurunan biaya hiudp yang signifikan di kota-kota dengan ekonomi berkembang, seperti Istanbul, Tashkent, Moskow, dan St Petersburg. "Hal itu disebabkan inflasi yang masih tinggi dan penurunan nilai tukar mata uang," jelasnya.
Faktor disrupsi juga berperan dalam penurunan biaya hidup di beberapa negara. Terutama di negara-negara yang tengah berjibaku dengan disrupsi politik dan ekonomi. Kota Karakas, Venezuela, ada di posisi terbawah tahun ini. Sebelumnya, posisi itu dihuni Suriah yang tengah dilanda perang. Kondisi ekonomi yang memburuk dan inflasi yang melonjak menjadi penyebab dasar kota tersebut ada di daftar terbawah.
Satu peringkat di atas Karakas, ada Suriah. Adapun Kota Lagos, Nigeria, seri dengan Kota Karachi, Pakistan, menempati posisi 127.
Berikut daftar 10 besar negara dengan biaya hidup termahal 2019.
1. (tie) Singapura1. (tie) Paris, Prancis1. (tie) Hong Kong4. Zurich, Swiss5. (tie) Jenewa, Swiss5. (tie) Osaka, Jepang7. (tie) Seoul, Korea Selatan7. (tie) Kopenhagen, Denmark7. (tie) New York, Amerika Serikat10. (tie) Tel Aviv, Israel10. (tie) Los Angeles. Amerika Serikat.(dwi)