Pada 2018 lalu, setelah Madrid menjadi juara Liga Champions untuk ketiga kalinya secara beruntun, dunia dikejutkan dengan mundurnya Zidane. Kala itu Zidane memutuskan pergi karena dia menilai tak akan bisa melanjutkan sukses dengan sumber daya (pemain) yang dimilikinya. Dengan kata lain, Zidane mundur karena klub tidak mau belanja pemain yang diminta.
Bagi Zidane, pencapaian Madrid menjadi juara Liga Champions bukanlah prestasi yang bisa menjadi patokan kemampuan tim. Pelatih yang akrab disapa Zizou menilai tes sejati sebuah tim adalah di ajang liga. Dan, saat itu Madrid cuma bisa finis di urutan ketiga dengan selisih cukup jauh dari Barcelona, sang juara.
Bukannya mendatangkan pemain bintang, saat itu Madrid justru menjual Cristiano Ronaldo Juventus. Karena itulah Zidane makin mantap untuk melepaskan jabatannya sebagai pelatih.
Kekhawatiran Zidane terbukti. Musim 2018-19 menjadi periode terburuk dalam sejarah Real Madrid. Madrid kembali finis di urutan ketiga dengan selisih 19 poin dari Barcelona, yang kembali menjadi juara LaLiga. Total, Madrid menelan 18 kekalahan di semua kompetisi musim kemarin.
Zidane sendiri merasakan bagaimana sulitnya "menyembuhkan" sakit Madrid saat setuju untuk kembali menjadi pelatih. Zidane seakan meyakinkan Perez bahwa Madrid memang butuh pembedahan. Dan, seperti bisa diterka, Perez pun akhirnya memutuskan kembali merogoh kocek klub.
Tak Sembarang Beli