Penelitian yang dipimpin oleh Jackson Lu dari MIT memeriksa dokumen yang memuat data selama sembilan tahun dan mencakup hampir seluruh kawasan di AS dengan lebih dari 9.000 kota. Penelitian itu menemukan bahwa polusi udara dapat berujung pada enam kategori kejahatan utama. Termasuk pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, pencurian mobil, dan penyerangan.
Kota-kota dengan tingkat polusi tertinggi juga memiliki tingkat kejahatan tertinggi. Penelitian itu juga bersifat korelasional, namun melibatkan faktor lain seperti populasi, status kepegawaian, usia dan jenis kelamin mereka dan polusi masih tetap menjadi penanda meningkatnya tindak kejahatan. Bukti lebih lanjut muncul dari penelitian "perilaku nakal" (termasuk mencontek, membolos, mencuri, vandalisme dan penggunaan narkoba) terhadap lebih dari 682 remaja.
Lu dan tim membuat mereka merasakan dampak polusi secara psikologis lalu meminta mereka untuk benar-benar membayangkan mereka hidup di kota itu. Mendengar perasaan mereka saat mereka di tengah lingkungan itu dan mengungkapkan secara psikologis seperti apa polusi udara versus lingkungan yang bersih.
Ditemukan suatu kegelisahan pada diri para peserta dan mereka menjadi lebih fokus pada diri sendiri, dua bentuk respons yang dapat meningkatkan tingkat agresivitas dan perilaku tidak bertanggung jawab.
Maka, dengan meningkatkan kegelisahan seseorang, polusi udara dapat berdampak buruk terhadap perilaku. Hasil penelitian tersebut baru permulaan, mungkin ada banyak alasan lain di balik dampak-dampak tersebut selain akibat meningkatnya kegelisahan dan fokus terhadap diri sendiri, termasuk perubahan psikologis pada otak.
Ketika kamu menghirup udara berpolusi, misalnya, hal itu memengaruhi jumlah oksigen yang dimiliki dalam tubuh pada saat tertentu. Akibatnya berkurang "udara baik" yang masuk ke otak kamu. Hirupan udara kotor itu juga dapat mengiritasi hidung, tenggorokan, dan menyebabkan sakit kepala, semua itu dapat menurunkan tingkat konsentrasi kita.
Jika kita semua mulai memantau tingkat polusi sendiri, kita mungkin bisa membuatnya menjadi sebuah kebiasaan agar bisa menghindari aktivitas tertentu. Misalnya seperti olahraga di luar ruangan, atau bahkan bepergian pada hari-hari dengan polusi udara yang parah. Tubuh, otak, perilaku dan jiwa kita akan memperoleh manfaat dan merespon lebih positif. (dgs)
Baca Juga: