Namun, dikatakan Ernest, Anies kini seolah menikmati ombak akibat polarisasi agama. Padahal, dahulu Anies lah yang menggagas soal Tenun Kebangsaan. Baginya, Republik ini dirancang untuk melindungi setiap warga negara.
"Ia (Anies) mengilustrasikan Republik ini sebagai sebuah tenun kebangsaan yang dirajut dari kebhinnekaan suku, adat, agama, keyakinan, bahasa, geografis yang sangat unik. Kekerasan atas nama apapun akan merusak tenun tersebut," terang Ernest.
Saat ini, tambah Ernest, Anies sendiri yang malah merobek tenun tersebut. Bahkan ia dengan lantang menyebut pribumi. Menurutnya, sikap Anies semakin memperbesar perbedaan atas nama suku bangsa, yang dahulu justru dilakukan oleh penjajah untuk melanggengkan kekuasaannya di Bumi Pertiwi.
"Karena itu, PSI Jakarta tidak sepakat dengan Anies Baswedan yang menggunakan istilah pribumi. Sebuah istilah usang zaman kolonial, yang sering didaur ulang untuk politik praktis dan membangkitkan tensi antar golongan di Indonesia. Yang lebih memprihatinkan adalah istilah usang ini keluar dari mulut Anies Baswedan sendiri, Gubernur DKI Jakarta dan tokoh pluralis," pungkasnya. (Pon)
Baca juga berita terkait Anies-Sandi dalam artikel berikut: Hari Pertama Kerja, Ini Agenda Anies-Sandi