Si penyihir memberitahunya bahwa hanya dengan mengalami hal buruk dalam hidup, seseorang akan jadi lebih kuat, lebih mudah beradaptasi, dan bersemangat. Alih-alih melupakan, si penyihir menyarankannya untuk memenangkan pertempuran batin serta pengalaman negatif itu.
"Jika kamu tidak bisa melawannya, kamu akan selamanya menjadi anak yang belum dewasa," kata si penyihir. Maka tidak heran si tokoh laki-laki ini tidak pernah bahagia karena dia memutuskan untuk menghapus hal-hal negatif dan lari dari masalahnya.
Melalui cerita The Teenaged Boy Who Grew Up Eating Nightmares, kita perlu belajar untuk melawan masalah yang sedang dihadapi. Dengan demikian kita bisa jadi orang dewasa yang sesungguhnya. Melupakan hal-hal negatif yang terjadi dalam hidup bukanlah jawaban atau solusi yang terbaik.
Baca juga:
Dongeng Zombie Child digambar dengan ilustrasi yang sedikit menyeramkan, tapi pesan yang disampaikan ternyata cukup menghangatkan hati.
Suatu waktu lahir seorang bayi laki-laki yang sangat jelek. Kulitnya pucat, bermata besar, dan ada duri yang menusuk keluar dari sekujur tubuhnya. Ibu bayi itu akhirnya menyadari bahwa anaknya bukanlah manusia melainkan anak zombi yang tidak memiliki afeksi maupun emosi dan hanya memiliki keinginan untuk makan.
Merasa perlu melindungi putranya, sang ibu menyembunyikan anak tersebut di ruang bawah tanah. Biasanya si ibu akan membawakan makanan curian berupa ayam atau babi.
Suatu hari ada wabah penyakit dan kelaparan yang menyerang desa. Semua penduduk berbondong-bondong pergi. Akan tetapi si ibu tetap tinggal karena tidak tega meninggalkan putranya itu. Perlahan persedian makanan habis dan si ibu terpaksa memotong kaki dan tangannya agar bisa memberi makan anaknya.
Baca juga:
Pada saat terakhir, ketika si ibu hanya tinggal torsonya saja, dia merangkak ke anaknya dan memeluknya. Membiarkan putranya melahap seluruh tubuhnya. Si anak zombi itu akhirnya berbicara untuk pertama kalinya, "Jadi ternyata ibu hangat ya."
Mungkin sebenarnya anak itu bukan ingin diberi makan tetapi hanya sekadar ingin merasakan kehangatan dan cinta seseorang karena selama ini dia tumbuh disembunyikan dari dunia.
Lewat kisah ini kita diajari bahwa sebenarnya kasih sayang adalah hal yang paling penting. Kadang kita tidak butuh apa-apa selain rasa diterima dan dicintai.
Itu dia tiga dongeng dari drama It’s Okay To Not Be Okay. Nah, kabarnya tiga cerita itu sudah dicetak jadi buku dan mulai dijual sejak 17 Juli. Buku tersebut sudah tersedia di website Yes24 dan Gyobo Books.
Mereka juga menjual edisi cetakan spesial. Di dalamnya ada kompilasi dari tiga dongeng di atas disertai dengan lima postcard ilustrasi. Buku dijual dari harga 10,800 won atau setara Rp132 ribu. Semoga nantinya diterjemahkan dan dijual juga ya di Indonesia. (Sam)
Baca juga: