Lapisan rahim adalah bagian dari sistem kekebalan, dan nyatanya terdapat sel-sel kekebalan di hampir setiap bagian tubuh.
Sel kekebalan berperan dalam membangun, memelihara, dan menghancurkan lapisan rahim, yang menebal untuk mempersiapkan kehamilan, dan kemudian melepaskan diri dalam bentuk menstruasi jika sel telur tidak dibuahi.
Setelah vaksinasi, banyak sinyal kimiawi yang berpotensi memengaruhi sel kekebalan beredar di seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan lapisan rahim terlepas, dan menyebabkan bercak atau menstruasi lebih awal, jelas Dr Male seperti diberitakan bbc.com (24/5).
Yang perlu ditekankan adalah, efek samping ini tidak berarti ada kaitannya dengan keguguran. Selama kehamilan proses yang berbeda menjaga lapisan rahim, termasuk keberadaan plasenta, organ yang menghubungkan janin dengan suplai darah ibunya.
Dr Male mengatakan, sekarang ada bukti ekstensif dari perempuan yang telah menjalani suntikan yang menunjukkan bahwa mereka tidak berisiko tinggi mengalami keguguran.
Baca juga:
White House Gandeng Aplikasi Kencan untuk Vaksinasi COVID-19
Sebaliknya yang sudah diketahui adalah bahwa infeksi termasuk COVID-19, terkait dengan keguguran dan kelahiran prematur, menurut Dr Alexandra Alvergne dari Universitas Oxford.
Ia menambahkan, ada hubungan yang masuk akal antara vaksin dan perubahan menstruasi, karena waktu ovulasi (ketika sel telur dilepaskan) dapat dipengaruhi oleh peradangan.
Ini bisa terjadi ketika orang sakit dan demam, tetapi vaksin juga menyebabkan respons peradangan dalam tubuh. Itu semua adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang bekerja dan mulai memproduksi antibodi dan sel lain yang melawan penyakit.
Ada juga beberapa bukti dari penelitian sebelumnya bahwa orang dengan tanda-tanda peradangan akibat infeksi mengalami menstruasi yang lebih menyakitkan.