Untuk teman-teman ketahui sekarang ini saya adalah satu dari tiga yang disebut wise person, yang tergabung dalam Wise Person Council. Saya, mantan Presiden Turki Abdullah Gul dan mantan Presiden Nigeria Abdussalam, secara resmi sejak tahun yang lalu menjadi Wise Person Council dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang pusatnya di Jeddah, Saudi Arabia.
Peran dan tugas saya adalah untuk memberi pandangan kepada OKI tentang bagaimana kita mengelola tentang permasalahan Islam se-dunia, di Timur Tengah, Rohingya, dan banyak lagi tempat yang menurut OKI kita harus peduli, dan juga mencari solusi.
Dalam konteks itulah, kapan-kapan saya sampaikan bisa ketemu, saya bisa mendiskusikan itu.
Kemudian, saya diberi tahu di acara PBNU, itu cukup lengkap. Bukan hanya Pak Said Aqil Siradj, tetapi juga Pak Ma’ruf Amin sebagai Rais A’am, bukan dalam kapasitasnya sebagai Ketua MUI.
Dan mereka pengurus itu yang katanya lengkap, mengira saya ikut dalam rombongan itu. Saya katakan tidak mungkin. Agus-Sylvi sudah mandiri, nanti dikira di bawah bayang-bayang ayahnya.
Dan tidak baik. Toh mereka datang untuk meminta doa restu dan bimbingan. Pada saat itulah, tidak ada kaitannya dengan kasusnya Pak Ahok, dengan tugas-tugas MUI, dengan tugas-tugas untuk mengeluarkan fatwa.
Ada staf yang bukan saya menelepon Pak Ma’ruf Amin langsung, atau Pak Ma’ruf Amin menelepon saya langsung, tapi ada staf yang di sana menyambungkan percakapan saya dengan Pak Ma’ruf Amin yang kaitannya seputar pertemuan itu.
Dan saya ulangi lagi bahwa kita berdiskusi dengan yang lain-lain, intinya seperti itu. Jadi percakapan itu ada. Kalau Pak Ma’ruf Amin saya dengar mengatakan tidak ada pertemuan langsung saya dengan Pak SBY, dan percakapan saya langsung dengan Pak SBY yang berkaitan dengan tugas kami, MUI, untuk mengeluarkan pendapat keagamaan atau apapun namanya.
Namun, saya tidak ingin berpanjang lebar di situ. Kalau dibangun opini gara-gara percakapan saya dengan Pak Ma’ruf Amin, gara-gara pertemuan dengan Agus-Sylvi dengan PBNU dan PP Muhammadiyah, maka pendapat keagamaan yang dikeluarkan seperti itu, maka tanyakan kepada MUI.
MUI itu Majelis Ulama Indonesia, memang ada ketuanya. Tapi, selama ini yang saya ketahui selama jadi Presiden beberapa kali saya bertemu denan MUI, lengkap pengurusnya, memang segala sesuatunya dimusyawarahkan.
Dan ketika mengeluarkan entah fatwa atau apapun itu sudah dibicarakan di antara mereka. Silahkan ditanyakan, apakah pendapat keagamaan MUI itu lahir di bawah tekanan SBY atau tekanan siapa pun.
Saya kira mudah sekali mengeceknya, daripada saya nanti defensif, tanyakan saja langsung, apakah Majelis Ulama Indonesia dalam mengeluarkan fatwa keagamaannya, didikte atau ditekan SBY atau pun siapa pun.
Dan teman-teman para wartawan, kesimpulan yang ingin saya sampaikan adalah, dengan penjelasan saya ini berangkat dari pernyataan pihak Pak Ahok yang memegang bukti atau tranksrip atau apapun yang menyatakan ada percakapan saya dengan Pak Ma’ruf Amin, saya nilai sebagai sebuah kejahatan.
Karena itu adalah penyadapan ilegal. Saya hanya mohon hukum ditegakkan. Bola sekarang bukan pada saya, bukan di Pak Ma’ruf Amin, bukan di Pak Ahok dan pengacaranya, tetapi di tangan Polri dan penegak hukum lain. Bola di tangan mereka.
Dan kalau yang menyadap institusi negara, bola di tangan Bapak Presiden Jokowi. Saya hanya memohon keadilan. Karena hak saya diinjak-injak dan privasi saya yang dijamin UU dibatalkan dengan cara disadap secara tidak legal.