Berdasarkan sistem algoritma yang demikian, Scorsese khawatir bahwa pembelajaran mesin menyederhanakan pengalaman pengguna. Algoritm, katanya, mereduksi segalanya menjadi "pokok bahasan atau genre", membuat segala jenis kurasi, dan pemahaman tentang nilai artistik, menjadi tidak berarti. Dia membuat pengecualian untuk layanan streaming yang masih menerapkan kurasi seperti Criterion Channel.
Konten, katanya dalam esainya, sekarang menjadi "istilah bisnis untuk semua gambar bergerak: film David Lean, video kucing, iklan Super Bowl, sekuel superhero, episode seri". Carmi tidak setuju dengan pendapat tersebut. "Tidak seperti yang dikatakan perusahaan-perusahaan ini, manusia selalu dilibatkan," katanya.
Carmi melihatnya pendapat yang dikeluarkan Scorsese sebagai "pertempuran antara penjaga gerbang lama dan baru dalam bidang seni dan budaya". Dia mengatakan, "Pada intinya, kurasi selalu dilakukan di belakang layar dengan sedikit kejelasan tentang alasan di balik pilihan yang dibuat untuk memproduksi dan mendistribusikan seni dan budaya."
Di lain pihak, Scorsese sendiri sebenarnya mendapat manfaat langsung dari platform streaming film dengan mengandalkan Netflix untuk mendanai film gangster The Irishman (2019) setelah studio mainstream tradisional menolak biayanya.
Baca Juga:
Army of The Dead, Film Marvel Garapan Zack Snyder Segera Hadir di Netflix
"Ada argumen yang harus dibuat tentang layanan streaming yang berinvestasi dalam publisitas dan pemasaran untuk proyek-proyek ini untuk menciptakan kesadaran," kata Ahmed.
Tetapi jika sebagian tanggung jawab berada di pundak layanan streaming, pilihan penonton itu sendiri tidak dapat dilupakan.
"Algoritme saja tidak dapat disalahkan untuk orang-orang yang lebih memilih mengonsumsi konten berkualitas rendah dari serial dan film yang dianggap berbobot. Karena, orang telah berbondong-bondong menonton dengan mudah drama populer di televisi selama bertahun-tahun. Acara seperti Mrs Brown's Boys dari BBC dan The Masked Singer dari ITV mendapatkan angka yang besar jika dibandingkan dari berapa banyak orang yang menonton I May Destroy You secara langsung di BBC One? " Journalist and media lecturer," Tufayel Ahmed menjelaskan
Namun terlepas dari hal tersebut, dia melihat beberapa alasan positif dari layanan streaming. Ahmed mengatakan, layanan streaming lebih terbuka dalam menceritakan beragam cerita ditolak pandangan tradisional pria kulit putih di Hollywood.
"Streaming telah memungkinkan acara seperti I May Destroy You dan It's A Sin, yang menampilkan karakter marginal: hitam dan LGBTQ, yang tidak akan memimpin acara prime-time, untuk ditampilkan kepada massa," tutup Ahmed. (aru)