Rujak Cingur merupakan salah satu makanan tradisional di daerah Jawa Timur, dan mudah ditemukan di Surabaya. Konon makanan ini berawal dari cerita tutur turun-temurun mengenai Negeri Masiran dan Firaun Hanyokrowati. Sang Raja Firaun meminta seluruh juru masak untuk membuat makanan paling enak untuk dirinya. Ternyata tak ada satu pun makanan enak seteleh dicicipi oleh raja.
Kemudian diceritakanlah seorang bernama Abdul Rozak yang dibawa pengawal untuk menghadap raja karena ingin menghidangkan satu masakan untuk raja. Masakan Rozak ternyata disukai. Sebagai imbalan dia diberi hadiah tanah dan akan dijadikan juru masak istana. Namun, ia meminta sebuah kapal untuk mengembara.
Abdul Rozak kemudian mengembara dengan kapal laut dan mampir ke Tanjung Perak dan menyebarkan resepnya. Di Surabaya, ia mengganti bahan cingur unta dengan sapi. Dari sanalah disebut nama Rujak Cingur dari nama "rozak" karena masyarakat salah melafalkan nama si juru masak.
Sambal cacing laut tepatnya berasal dari Sumba Barat. Dalam bahasa setempat disebut Bokosawu Nyale. Nyale merupakan nama sejenis cacing laut sebagai bahan utama pembuatan sambal ini. Nyale biasanya didapat satu kali satu tahun melalui bau nyale atau berburu nyale.
Nyale konon berawal dari cerita zaman dahulu kala, ketika berdiri sebuah kerajaan di pesisir pantai selatan Pulau Lombok yang dipimpin seorang raja bernama Raja Tonjang Beru dan permaisurinya Dewi Seranting.
Raja Tonjang Beru memiliki seorang puteri cantik jelita bernama Putri Mandalika. Ketenaran Putri Mandalika kemudian membuat pangeran dari kerajaan sekitarnya berebutan untuk dijadikan permaisuri.
Karena jadi rebutan para pangeran, Putri Mandalika menolak setiap lamaran untuk menghindari terjadi perselisihan hingga peperangan. Sebaliknya, putri memutuskan untuk mengorbankan jiwanya sendiri. Ia terjun ke laut Pantai Seger Kuta yang kini masuk wilayah Desa Sukedane, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Setelah kejadian itu, di Pantai Seger Kuta bermunculan binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak dari dasar laut. Binatang kecil panjang tersebut disebut dengan "nyale" (cacing laut). Seluruh masyarakat setempat meyakini bahwa nyale merupakan jelmaan Putri Mandalika. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Arborea Cafe Ajak Pengunjung Merasakan Aroma Hutan di Tengah Jakarta